Mengukir Kata

Kyaine atawa Guskar a.k.a Mas Gus sudah lama saya kenal.  Saya pun sudah sempat bertemu dua kali dengan Kyaine.  Nekjika anda berkesempatan datang ke blognya … jangan kaget … karena beliau tidak membuka kolom komentarnya.  Namun demikian … walaupun saya tidak bisa berkomentar… saya selalu datang menengok kesana.  Tulisan Mas Gus sangat Khas … antik punya.  Banyak sekali sentilan halus yang berhasil beliau lontarkan dengan telak … tapi eiylekhan.  Pengetahuan Kyaine mengenai cerita pewayangan berikut filosofi yang menyertai cerita tersebut pun juga sangat mendalam.  Saya mengangkat salah satu postingan ringan Mas Gus … tentang … lagu wagu … (eheheheh)

Dikutip dari postingan Pak NH: Nine from the Lovable Gentlemen 2011

Saya tersenyum (senang) ketika Pak NH memilih artikel tentang lagu wagu dalam tradisi tahunannya kali ini. Sejatinya, nggak kali ini saja Pak NH menuliskan tentang sesuatu yang berkaitan dengan diri saya. Coba Anda ketikkan kata GUSKAR di kotak Search di blognya Pak NH, akan ditemukan banyak sekali postingan yang menyertakan nama saya. Matur sembah nuwun, Pak! read more

Selamat Natal ala al Quran

Teks keagamaan yang berkaitan dengan akidah, menghindari redaksi-redaksi yang dapat menimbulkan kerancuan pemahaman. Kata “Allah”, misalnya, tidak digunakan oleh al Quran ketika masyarakat masih memahaminya dalam pengertian yang keliru. (Amatilah wahyu-wahyu awal yang diterima Rasul). Nabi sering menguji pemahaman umat tentang Tuhan, misalnya beliau tidak sekalipun bertanya, “Di mana Tuhan?” Tertolak riwayat yang menggunakan redaksi seperti itu karena ia menimbulkan kesan keberadaan Tuhan pada suatu tempat, hal yang mustahil bagi-Nya dan mustahil pula diucapkan Nabi. Dengan alasan serupa, para ulama terdahulu enggan menggunakan kata “ada” atau “keberadaan Tuhan” tetapi menggunakan istilah “wujud Tuhan”. read more

Tansah eling marang Kang Murbeng Dumadi

Bersamaan dengan Air Show itu saya menulis catatan pribadi berkenaan dengan ulang tahun Dr. BJ Habibie yang kelima puluh dan kemudian dimuatkan dalam bukunya.

Dengan ini pun, saya tidak mengistimewakan dia. Saya memberikan kesempatan yang sama kepada semuanya. Tetapi nyatanya, Habibie yang bisa menangani.

Di tengah suasana ini, nampak-nampaknya memang seperti ada yang curiga terhadapnya, semata karena ia didikan Jerman. Orang lain seperti berpikir bahwa Habibie itu “akan mempengaruhi Pak Harto”, karena ia pandai. Orang itu tidak tahu bahwa Habibie selalu meminta nasihat saya. Habibie tidak menempatkan diri sebagai orang yang paling tahu. Setiap memberikan laporan, sampai berjam-jam lamanya ia bersama saya karena ia ingin menangkap pendapat saya, apa filsafat saya. Dan setelah ia menangkap pendirian saya, filsafat saya, ia mengembangkannya sesuai keahliannya sesuai keahliannya sebagai insinyur.

Saya patut mengingatkan kembali bagaimana saya bertemu dengan dia waktu ia masih kecil untuk pertama kali di Makasar dulu itu, seperti sudah saya ceritakan di muka. Bagaimana saya bertemu kembali dengan dia dua kali di Jerman waktu ia masih sekolah dan sesudah ia bekerja. read more