Putri Cina itu bernama Rara Oyi

Selamat ber-Rebo Kliwon. Artikel hari ini masih perkara buku, judulnya Rembulan Ungu karya Bondan Nusantara (diterbitkan oleh Qanita, Mei 2011 setebal 511 halaman) yang secara garis besar menceritakan sebuah tragedi cinta Putri Cina di Bumi Mataram. Putri Cina di Rembulan Ungu ini berbeda dengan Putri Cina karya Sindhunata – kisah yang terjadi pada saat jaman keruntuhan Kerajaan Majapahit, sedangkan lakon Putri Cina dalam Rembulan Ungu terjadi ratusan tahun kemudian, tepatnya di jaman Kerajaan Mataram dibawah pimpinan Amangkurat I (anaknya Sultan Agung).

Membaca novel karya Bondan Nusantara ini seperti mengobati kangen saya pada karya adiluhung SH Mintardja.

***

Adalah Amangkurat I yang bertindak sangat lebay ketika ditinggal mati oleh selir kinasihnya – Ratu Malang, secara mendadak. Dibunuh dengan racun? Kematian yang tiba-tiba itu membuat Amangkurat sangat murka, jiwanya terguncang, dan berperilaku aneh. Ia merangkul dan menciumi jenazah selirnya itu di liang lahat, menangisi, berteriak-teriak dan melarang kawulanya yang akan menguburkannya. Sudah dua hari Raja Mataram itu meratapi kematian Ratu Malang. read more

Putri Cina

Judul buku: Putri Cina • Penulis: Sindhunata • Penerbit: Pustaka Gramedia Utama (2007) • Tebal: 304 halaman

Saya masih ingin membagi isi buku yang saya baca dengan Anda. Maklum, saya lagi rajin-rajinnya merapel membaca buku. Berikut saya kutipkan sebagian kisah Putri Cina  dari Bab 5 yang terdapat di halaman 32-34:

Dongeng tentang runtuhnya Kerajaan Majapahit tentu saja menggembirakan hati Putri Cina. Maklum, hatinya pernah terluka, ketika ia diceraikan Prabu Brawijaya, hanya karena ia mau menuruti kecemburuan permaisurinya, si Putri Cempa. Demi Putri Cempa, ia dipergikan dari istana dan diserahkan ke Arya Damar, anaknya di Palembang. Sekarang luka hatinya terobati sudah, melihat Prabu Brawijaya dikalahkan oleh Raden Patah, anaknya sendiri yang lahir dari rahimnya. read more

Sinden itu bernama Dingklik Waranggana

Libur panjang 3 hari ini saya manfaatkan untuk membaca beberapa buku yang masih teronggok di rak yang belum saya baca sama sekali. Jika kemarin saya membagi kisah tentang Gadis Kretek, kali ini saya ceritakan isi buku yang berjudul The Sinden karya Halimah Munawir yang diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama setebal 145 halaman.

Dalam sinopsis yang terdapat di cover belakang tertulis: Seorang sinden terkenal memiliki putri cantik rupawan, namanya Dingklik Waranggana rambutnya mayang terurai tubuhnya molek aduhai suaranya merdu buluh perindu namun selalu bahaya mengintainya jika bukan diburu untuk dijadikan selir maka jadi tumbal pesugihan jembatan pelarian pun menjadi jalan keluar berpisah dengan ibu tercinta dan manggung di desa-desa tapi di setiap pertunjukan pesona Waranggana selalu memabukkan mengundang keceriaan sekaligus mara bahaya untuk datang nyawa pun menjadi taruhan orang-orang tersayang menjadi ganjaran hingga akhirnya pelarian dihentikan dan hidup mesti diperjuangkan. read more