Selamat ber-Rebo Kliwon. Artikel hari ini masih perkara buku, judulnya Rembulan Ungu karya Bondan Nusantara (diterbitkan oleh Qanita, Mei 2011 setebal 511 halaman) yang secara garis besar menceritakan sebuah tragedi cinta Putri Cina di Bumi Mataram. Putri Cina di Rembulan Ungu ini berbeda dengan Putri Cina karya Sindhunata – kisah yang terjadi pada saat jaman keruntuhan Kerajaan Majapahit, sedangkan lakon Putri Cina dalam Rembulan Ungu terjadi ratusan tahun kemudian, tepatnya di jaman Kerajaan Mataram dibawah pimpinan Amangkurat I (anaknya Sultan Agung).
Membaca novel karya Bondan Nusantara ini seperti mengobati kangen saya pada karya adiluhung SH Mintardja.
***
Adalah Amangkurat I yang bertindak sangat lebay ketika ditinggal mati oleh selir kinasihnya – Ratu Malang, secara mendadak. Dibunuh dengan racun? Kematian yang tiba-tiba itu membuat Amangkurat sangat murka, jiwanya terguncang, dan berperilaku aneh. Ia merangkul dan menciumi jenazah selirnya itu di liang lahat, menangisi, berteriak-teriak dan melarang kawulanya yang akan menguburkannya. Sudah dua hari Raja Mataram itu meratapi kematian Ratu Malang. read more