Mistik angka 65

Mengapa orang menjadi komunis? Atau setidaknya simpatisan komunis, bersedia menjadi istrinya? Dugaanku, sebagian besar tidak ada urusan dengan Marxisme. Boleh jadi hanya sebagian kecil yang membaca Marxisme – taruhlah yang sebagian kecil itu termasuk ayahku. Dia orang perjuangan. Cita-citanya besar.

Selebihnya kemungkinan lebih sederhana, karena pada suatu ketika panji-panji itu memenuhi sebagian keinginan psikologis manusia yang kompleks; keinginan untuk menjadi non-konformis di kalangan anak-anak muda, keinginan untuk patuh, keinginan untuk memusuhi yang didefinisikan sebagai “setan”, keinginan untuk menjadi berguna, atau bahkan semata-mata keinginan untuk baris-berbaris. Di negeri yang terkena pengaruh Uni Soviet secara langsung sekali pun seperti Cekoslowakia pada masanya, alasan-alasan tadi sepertinya yang beroperasi. Kalau tidak percaya baca sendiri karya-karya Milan Kundera. Makanya ketika komunisme berlalu tak banyak orang merasa kehilangan. Sama pedulinya orang ketika Marxisme makin tak laku. Yang menjadi masalah di negeri ini adalah, waktu itu disertai pembunuhan besar-besaran. Setelah itu, tak ada yang merasa salah. read more

Sepatu Dahlan

Apakah Anda nonton acara Kick Andy dengan bintang tamu Pak Dahlan Iskan yang tayang di Metro TV tanggal 15 Juni 2012 kemarin? Anda memerhatikan nggak ekspresi para penonton di studio ketika Mas Andy Noya mengatakan akan membagi buku Sepatu Dahlan kepada semua penonton? Mata para penonton berbinar-binar dan terdengar tepuk tangan riuh. Kehidupan yang dijalani Pak Dahlan Iskan memang menginspirasi banyak orang, bahkan tulisan beliau dalam serial Manufacturing Hope setiap hari senin banyak dinantikan para fans Pak Dahlan Iskan.

~oOo~

Bagi saya, buku Sepatu Dahlan karya Khrisna Pabichara tersebut sangat istimewa, gara-garanya ada tanda tangan asli Pak Dahlan Iskan yang ditorehkan di halaman xiii di atas kalimat “Hidup, bagi orang miskin, harus dijalani apa adanya.” – Dahlan Iskan. Saya tak hendak mereview novel yang diterbitkan oleh Noura Books (Mei 2012) setebal 371 halaman itu, namun akan mengutipkan komentar Pak Dahlan Iskan atas terbitnya Sepatu Dahlan. read more

Hal kelahiran Pak Harto

Yogyakarta 1921. Desa Kemusuk, kelurahan Argomulyo, Godean. Gubug kecil segi empat berdinding anyaman bambu, disangga dengan tiang-tiang kayu, tidak cukup kuat menahan berat genteng terbuat dari tanah terakota, nampak rapauh agak miring. Dinding rumah dari anyaman bambu, dibagi menjadi tiga bilik. Bilik depan berfungsi sebagai ruang tamu sekaligus sebagai ruang makan, tanpa jendela dan berlantai tanah. Bilik tengah berfungsi sebagai satu-satunya kamar tidur, dengan jendela kecil. Bilik terakhir di belakang kamar tidur adalah dapur, dengan perabitan yang terbuat dari tanah liat (terakota).

Rumah gubug itu dihuni psangan suami istri Kromodirjo (mbah Kromo). Mereka sedang menanti kelahiran cucunya. Anak pertama dari Sukirah, anak mbah Kromo. Mbah Kromo putri (istri mbah Kromo), kebetulan seorang dukun bayi yang akan membantu kelahiran cucunya sendiri. read more