Opera Van Gontor

Satu minggu menjelang ramadhan aku sudah berada di rumah, berkumpul bersama keluarga. Yang membuatku terus berpikir keras adalah bagaimana cara menjual lima kalender bergambar bangunan-bangunan masjid di tanah air, yang ditugaskan pihak Pondok padaku.

Pada pidato perpisahan Pak Zar mengatakan, “Para santri diharuskan untuk menjualkan minimal lima kalender, hasilnya full untuk membangun masjid yang sedang dibangun. Menjual kalender merupakan amal jariah dan latihan dalam bermasyarakat, karena kalian pasti berhadapan dengan masyarakat nantinya.” read more

Centhini: Kekasih yang Tersembunyi

Syahdan, melalui kuasa Allah Yang Mengetahui segalanya, Amongraga baru tahu bahwa saudara-saudaranya mati semua. Ia hentikan tapanya di dasar samudra, begitu juga percakapannya dengan lautan, ia naik ke permukaan air, kembali ke rupa asal, lalu ke raganya tanpa bobot, rasa semata. Dengan memusatkan pikiran, dalam sekejap ia tiba di dusun impian Wanataka.

Jenazah-jenazah itu untungnya belum dimandikan. Amongraga mendekat, sembah sujud dan memberkati ketiga mayat itu yang lalu hidup kembali karena itu memang belum waktunya mati. Mereka sebenarnya hanya pingsan, Amongraga memeluk mereka erat-erat. read more

Empat Puluh Malam dan Satunya Hujan

Bulan menuju malam, Amongraga meniduri Tambangraras di ranjang bidadari dan membanjiri tubuhnya dengan air mata. Mereka mulai main asmara yang langka, tanpa aturan atau tujuan, tanpa kalah atau menang. Beberapa saat menjelang subuh, Tambangraras terlena dalam sanggama.

Perlahan, Amongraga undur diri dari kelelapan istrinya. Diselimutkannya kain peraduan ke atas tubuh telanjangnya, bagai kafan bagi sanggama mereka. Ditulisnya surat kepada Tambangraras: read more