Enam bulan berlalu setelah perkawinanku dengan Ummul Banin. Paruh kedua tahun 790 ini kucatat sebagai titik perubahan dalam kehidupan pemahamanku. Aku menjadi tahu Tuhanku dalam ciptaan terindah-Nya: laki-laki dan perempuan. Aku juga menjadi lebih sering berteriak daripada sebelumnya, “Kehidupan, Ya Tuhan kami, tidak Engkau ciptakan dengan sia-sia.” Aku menemukan kembali Raudhat al-Muhibbin, karya Ibnu Qayyim al-Jauziyah, dan menyelaminya dengan perasaan aman dan beriman. Keinginanku satu-satunya adalah membahagiakan dan menempatkan kekasih antara hati dan tulang-tulang rusukku.
Aku mengatakan: meskipun aku hampir berusia 60 tahun, cinta dan kehidupan itu dua sisi dari satu unsur. Orang yang tidak memiliki cinta itu tidak mempunyai kehidupan. Aku juga mengatakan: cinta dan mihrab itu seperti saudara kembar yang bersatu. Jika seorang menjauh dan menutup dirinya dari yang satu, maka ia akan kehilangan yang lain, dan tidak memperoleh dukungan dan ridha Allah.
~oOo~ read more