Ibnu Khaldun, Sang Mahaguru

Enam bulan berlalu setelah perkawinanku dengan Ummul Banin. Paruh kedua tahun 790 ini kucatat sebagai titik perubahan dalam kehidupan pemahamanku. Aku menjadi tahu Tuhanku dalam ciptaan terindah-Nya: laki-laki dan perempuan. Aku juga menjadi lebih sering berteriak daripada sebelumnya, “Kehidupan, Ya Tuhan kami, tidak Engkau ciptakan dengan sia-sia.” Aku menemukan kembali Raudhat al-Muhibbin, karya Ibnu Qayyim al-Jauziyah, dan menyelaminya dengan perasaan aman dan beriman. Keinginanku satu-satunya adalah membahagiakan dan menempatkan kekasih antara hati dan tulang-tulang rusukku.

Aku mengatakan: meskipun aku hampir berusia 60 tahun, cinta dan kehidupan itu dua sisi dari satu unsur. Orang yang tidak memiliki cinta itu tidak mempunyai kehidupan. Aku juga mengatakan: cinta dan mihrab itu seperti saudara kembar yang bersatu. Jika seorang menjauh dan menutup dirinya dari yang satu, maka ia akan kehilangan yang lain, dan tidak memperoleh dukungan dan ridha Allah.

~oOo~ read more

Melihat Istana Merdeka Dari Dalam

Istana Merdeka adalah nama terakhir yang diberikan untuk bangunan yang dirancang oleh arsitek Drossares dan dibangun antara 1873-1879. Nama itu mengacu pada pekikan merdeka yang mengiringi “pengambilalihan” istana itu dari pemerintah kolonial Belanda, 27 Desember 1949. Presiden Sukarno datang dari Yogyakarta untuk bersama-sama rakyatnya memekikkan kata ‘merdeka’.

Sebelumnya, Istana Merdeka memiliki sejumlah nama sesuai identitas yang dilekatkannya. Sebut saja, antara lain, Istana Wakil Tinggi Mahkota Belanda, Istana Van Mook, Istana Saiko Syikikan, Istana Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Istana Weltevreden, dan Istana Koningsplein. Sebelum bernama Istana Merdeka, nama istana itu adalah Istana Gambir. read more

Penangsang, Tembang Rindu Dendam

Saya dan mas Kusnadi janji bertemu di suatu tempat, di suatu siang di Kota Solo. Hari itu mas Kusnadi akan memberikan kejutan untuk saya. Kami ngobrol ngalor-ngidul, maklum hampir dua tahun tidak bertemu dengannya. Akhirnya, ia pun memberikan kejutan itu.

“Penangsang! Ada novel bagus tentang Penangsang nih,” katanya sambil memberikan buku Penangsang, Tembang Rindu Dendam. “Novel ini akan menjawab rasa penasaranmu tentang sosok Penangsang.”

Saya timang buku tersebut, lalu mulai saya baca cover depan dan belakang. Novel ini karangan NasSirun PurwOkartun diterbitkan oleh Tiga Kelana (Agustus 2010) setebal 704. Melihat lay out dalamnya, mengingatkan saya pada novel serial GM, CM, maupun PP-nya Langit Kresna Hariadi. read more