Siapa yang tak kenal Bung Karno. Selain sebagai seorang Proklamator Kemerdekaan RI, Presiden Pertama RI, dalam kehidupan pribadinya ia adalah seorang penakluk wanita.
Saya, sayalah Bung Karno yang suka mendekati orang di mana saja saya berada. Dan sifat ini pula yang menyebabkan kesukaran saya. Kalau saya memeluk orang di jalanan atau merangkul seorang pramugari setelah mendarat dengan selamat, itu tandanya saya memperlihatkan keramahan saya. Akan tetapi yang dinamakan orang perbuatan gila-gilaan ini menyebabkan pemberitaan yang tidak enak sama sekali di seluruh dunia. Kalau Syah Iran mencium gadis-gadis di muka umum, maka gambarnya diberi komentar yang sangat menyenangkan. “Tidakkah Raja Iran sangat mengagumkan?” kata majalah-majalah Amerika dengan manis. “Beliau mencium rakyat jelata.”
Lain lagi sikap mereka terhadap Sukarno. Pada waktu Ratu Kecantikan Universitas Hawaii mengalungkan bunga kepada saya lalu menciumku, saya bertanya, “Bagaimana harus membalasnya?”
“Balaslah ciumannya,” bisik pengiring saya Laksamana Felt, “Kalau tidak begitu berarti tuan menyakiti hatinya.”
[Dikutip dari buku Bung Karno – Penyambung Lidah Rakyat Indonesia (Cindy Adams, 1982) hal 439] read more