Bale Sigala-gala

Sengkuni tidak tenang dalam tidurnya. Siang hari sebelumnya ia dimarahi oleh Prabu Destarastra Raja Hastinapura. Ya, gara-garanya sangat sepele, Sengkuni memberikan laporan yang salah atas nasib Bima a.k.a Werkudara, putra kedua Pandawa itu. Bima dilaporkan sudah tewas tenggelam di sungai Gangga, tetapi sesungguhnya Bima masih segar bugar.

Akal licik Sengkuni berputar-putar di otaknya. Api kebencian kepada Bima semakin menyala-nyala dan membakar hati Sengkuni. Sungguh, ini gagasan yang sangat radikal, Sengkuni ingin benar-benar membakar tubuh Bima. Kalau perlu tidak hanya Bima saja, tetapi juga Kunti dan kelima Pandawa. Sengkuni tidak mau melanjutkan tidurnya. Rencana radikal itu harus dimatangkan malam itu juga. Maka, ia segera memanggil Ir. Purucona, MSc – arsitek terbaik di Hastinapura.

“Purucona, untuk rencana besar ini sepenuhnya aku percayakan kepadamu!” kata Sengkuni dengan mengepalkan telapak tangannya.

“Tolong Paduka jelaskan rencana besar itu, saya belum paham,” jawab Purucona yang memang belum memahami keinginan Sengkuni. read more

Abah yang Istimewa

Sekitar pertengahan Februari 2009 kemarin, Mbak Labibah yang saya kenal melalui dunia maya mengontak saya, meminta saya ikut menulis esai tentang Abah. Penulis novel sekaligus dosen UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta itu merupakan salah satu yang ditunjuk untuk menggarap buku dalam rangka penganugerahan gelar Doktor Honoris Causa buat Abah saya, A. Mustofa Bisri.

Belum sempat saya mengerjakan tulisan itu, tiba-tiba Billy, anak kedua saya sakit keras hingga harus dirawat di rumah sakit selama lebih dari dua minggu. Alhamdulillah setelah menjalani perawatan intensif, kondisinya makin membaik sehingga saya pun bisa mencuri waktu untuk menulis esai pendek ini. read more

Rengasdengklok: Revolusi dan Peristiwa 16 Agustus 1945

Judul buku  : Rengasdengklok Revolusi dan Peristiwa 16 Agustus 1945
Penulis          : Her Suganda
Penerbit        : Kompas, Agustus 2009
Tebal              : xxxvii + 241 halaman

Siapa yang tidak mengenal Rengasdengklok? Ketenarannnya bahkan melampaui Karawang, nama Kabupaten yang menaunginya. Ya, Rengasdengklok populer karena adanya peristiwa bersejarah tanggal 16 Agustus 1945, sehari sebelum diproklamasikan kemerdekaan Republik Indonesia.

Buku yang sampulnya bergambar Monumen Suroto Kunto ini memfokuskan perhatian pada rangkaian peristiwa yang terjadi di Rengasdengklok sehari sebelum proklamasi kemerdekaan, meskipun peristiwa itu hanyalah merupakan bagian dari riwayat daerah ini. Rengasdengklok, suatu kota kecil di Kabupaten Karawang selalu menjadi bahan pembicaraan menarik, terutama pada setiap menjelang HUT RI. Tepat sehari sebelum proklamasi, para pemuda dan anggota PETA membawa Bung Karno dan Bung Hatta disertai Ibu Fatmawati dan Guntur Soekarnoputra yang masih bayi ke kota kecil ini. Padahal, pada hari yang sama Bung Karno dan Bung Hatta rencananya akan memimpin rapat Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). read more