Shinta Obong

Prolog:
Pasukan Rama telah mengalahkan Rahwana, kini saatnya menjemput Shinta istri tercintanya. Rama mengutus Hanoman sebagai duta untuk menjemput Shinta. Betapa bahagianya Shinta, setelah sekian lama diculik oleh Rahwana dia seperti berkabung saja, benar-benar tidak memperhatikan penampilannya. Baju yang dia pakai compang-camping dan lusuh. Cinta dan rindu yang demikian menyesakkan dadanya ingin segera dia tumpahkan kepada lelaki belahan jiwanya. Tetapi Hanoman minta kepada Shinta untuk berganti baju dan berdandan sebelum datang ke hadapan Rama.

~oOo~

Di depan istana, kerumuman orang berdesakan di sekeliling istana untuk menyaksikan pertemuan suami-istri itu. Sementara itu di kamarnya, Rama seperti orang linglung. Apa gerangan penyebabnya?

Ketika kawulanya mempersiapkan acara penyambutan kedatangan Shinta, masuk sebuah pesan ke BB Rama. Betapa kagetnya ia, ketika dijumpainya sebuah video adegan asoi sepasang manusia, yang laki-laki wajahnya mirip Rahwana, sedang yang perempuan mirip Shinta, istrinya. Langit terasa mau runtuh. Amarah telah membakar dada Rama.

Hati Rama berkecamuk pertanyaan besar, apakah Shinta yang sekarang ini masih suci dan setia kepada cinta Rama, setelah sekian lama dalam cengkeraman Rahwana? Lelaki memang sering dibutakan oleh nafsunya, Rama terpengaruh adegan di video yang diterimanya. Rindu kepada istrinya tiba-tiba sirna. Saat itu cemburu sedang membakar habis hati Rama. Di kamarnya ia berteriak seolah ada Shinta di depannya, “Tugasku tuntas sudah, membebaskanmu dari cengkeraman Rahwana. Aku sudah memenuhi misiku. Semua upaya ini bukan untuk menyatukan cinta kita melainkan untuk mempertahankan kehormatan negeri yang aku pimpin!”

Seseorang mengetuk pintu kamar Rama dan memberitahukan kalau Shinta sebentar lagi sampai di istana. Di luar terdengar sorak-sorai orang-orang yang sejak lama menunggu kedatangan Shinta.

Dengan anggunnya, Shinta memasuki pendapa istana.

“Berhenti Shinta. Jangan kamu teruskan langkah-langkah kakimu memasuki istana ini. Aku tidak sudi bertemu denganmu.”

“Ada apa Rama? Tidakkah kamu merindukan aku, seperti halnya aku merindukan dirimu. Sekian lama aku dipenjara oleh Rahwana, siang malam aku menunggu pembebasan darimu. Oh, suamiku… apa salahku?”

“Aku katakan padamu, Shinta, bahwa tidak lazim bagi seorang pria mengakui kembali seorang istri yang sudah tinggal sendirian dalam rumah seorang asing. Kita tidak mungkin bersama lagi. Aku izinkan kamu pergi sesuka hatimu, ke mana saja aku tidak menghalangimu.”

Mendengar itu semua, perasaan Shinta bagai disambar geledek, air matanya tumpah, “Kamu meragukan kesetiaanku rupanya. Kukira dengan kemenanganmu mengalahkan Rahwana masalah kita akan berakhir. Kalau begitu aku pasrah akan keputusanmu”.

Laksmana, adik Rama, menghampiri kakaknya, “Apa yang membuat dirimu begitu gusar mas? Apakah dirimu tidak berbahagia bertemu dengan mbak Shinta?”

“Lihat ini!” Rama menyodorkan BB-nya kepada Laksmana.

“Mas Rama percaya video ini? Bukankah ini belum tentu mbak Shinta?”

Rama menoleh ke arah Laksamana dan berkata, “Aku yakin, kalau video ini asli. Bukan rekayasa. Kalau perlu kamu tanya pada ahli telematika kita, KDRT Rai Surgo. Ingat, aku bukan seperti suami artis negara tetangga itu. Sekarang, nyalakan api segera, tepat di sini sebelum beritanya menyebar seantero dunia”. Nafsu Rama telah mengalahkan segala-galanya.

Titah Rama tak mungkin dibantah.

Mengherankan, terdengar sorak-sorai manusia membahana di depan tumpukan kayu bakar yang nyalanya telah menjilat ke udara yang tinggi. Rama harus menjadikan Shinta menjadi bahan pertaruhan dengan egonya. Laksmana, yang selamanya merupakan punggawa yang paling tidak banyak bertanya, tidak bisa mencegah niat kangmasnya, untuk membuktikan cinta Shinta kepadanya. Jika Shinta tidak terbakar api, berarti dia masih suci sebaliknya jika terbakar berarti ia telah tidak setia kepadanya dan sudah selayaknya mati menjadi abu.

Shinta mendekati api yang berkobar itu, menyorongkan tubuh mendekati kobaran api yang panasnya bak cemburu Rama.

“Oh, Agni, dewa api yang agung, jadilah saksiku hari ini”. Shinta pun melompat ke dalam api. Di tengah nyala api itu muncullah Dewa Agni sambil menggendong Shinta, dibawanya melayang-layang di udara sebelum diserahkan kepada Rama.

Ya, Shinta selamat dan ia tidak menjadi seonggok abu.