Seseorang menemui saya dan menyodorkan amplop putih. Saya ragu menerimanya. Tapi ia semakin mendekatkan amplop itu ke arah saya sambil berkata, “aku bayar hutangku, mas!”
Tak banyak sih, hanya seratus lima puluh ribu. Sesungguhnya saya sudah melupakan – tepatnya mengikhlaskan, perkara transaksi hutang dengannya lima tahun lalu.
“Bolehkah aku bercerita dengan bayar hutang, mas?” tanyanya kepada saya. Saya mengangguk. Dan ia pun mulai bercerita.
~oOo~
Beberapa kali dalam kesempatan melayat aku mendengar pesan dari keluarga marhum kepada para pelayat, yang memintakan maaf bagi marhum jika ada kesalahan dan jika marhum punya hutang agar para hadirin memberitahukan kepada keluarganya untuk diberesi hutang-hutang tersebut.
Mumpung masih punya waktu dalam kehidupanku, aku ingin melunasi hutang-hutangku, baik hutang kesalahan maupun hutang materi. Sebenarnya sih, hutang materiku tak banyak: ada kreditan motor yang dua bulan lagi lunas dan hutang di koperasi yang dipotong dari gaji bulananku. Akhir bulan ini, beres. read more →