Jaminan

Pada suatu siang, Kanjeng Nabi mendapatkan kunjungan seorang tamu yang datang dari tempat yang jauh. Melihat keadaannya yang kelelahan dan kelaparan, Kanjeng Nabi memintanya untuk istirahat dulu sebelum menyampaikan maksud kedatangannya. Kemudian, Kanjeng Nabi memanggil Abu Rafi’ salah seorang pembantunya.

“Masaklah barang sepiring gandum untuk tamu kita. Kasihan, ia sudah sangat lapar!”

“Tapi…. gandum kita sudah habis, ya Rasulullah.” read more

Membayar hutang

Seseorang menemui saya dan menyodorkan amplop putih. Saya ragu menerimanya. Tapi ia semakin mendekatkan amplop itu ke arah saya sambil berkata, “aku bayar hutangku,  mas!”

Tak banyak sih, hanya seratus lima puluh ribu. Sesungguhnya saya sudah melupakan – tepatnya mengikhlaskan, perkara transaksi hutang dengannya lima tahun lalu.

“Bolehkah aku bercerita dengan bayar hutang, mas?” tanyanya kepada saya. Saya mengangguk. Dan ia pun mulai bercerita.

~oOo~

Beberapa kali dalam kesempatan melayat aku mendengar pesan dari keluarga marhum kepada para pelayat, yang memintakan maaf bagi marhum jika ada kesalahan dan jika marhum punya hutang agar para hadirin memberitahukan kepada keluarganya untuk diberesi hutang-hutang tersebut.

Mumpung masih punya waktu dalam kehidupanku, aku ingin melunasi hutang-hutangku, baik hutang kesalahan maupun hutang materi. Sebenarnya sih, hutang materiku tak banyak: ada kreditan motor yang dua bulan lagi lunas dan hutang di koperasi yang dipotong dari gaji bulananku. Akhir bulan ini, beres. read more

Pangeran Diponegoro dan penipu

Saban hari Pangeran Diponegoro mengelilingi padukuhan Tegalrejo untuk melihat langsung kehidupan rakyatnya. Tak jarang ia menunggangi kuda putih kesayangannya, Kyai Gentayu. Kuda perkasa itu tahu betul apa kemauan tuannya, kadang tanpa komando kuda itu berjalan ke tempat yang ingin dituju oleh Pangeran Diponegoro.

Selain sosok kharismatik Pangeran Diponegoro, Kyai Gentayu juga menjadi pembicaraan para pecinta kuda. Banyak orang ingin memiliki kuda itu. Sudah beberapa upaya dilakukan orang untuk memiliki Kyai Gentayu bahkan dengan cara membelinya dengan harga sangat mahal, menukar dengan emas atawa tukar-guling dengan hektaran tanah. Namun, Pangeran Diponegoro bergeming. Kyai Gentayu seperti belahan jiwanya.

Arkian, ada seseorang yang ingin memiliki Kyai Gentayu dengan cara yang licik. Ia mengamati kebiasaan Pangeran Diponegoro yang selalu berkeliling padukuhan. Ia menyusun siasat.

Siang itu cukup terik. Pangeran Diponegoro memacu kudanya untuk pulang ke rumahnya. Pada saat melewati sebuah jalan, ia melihat ada sesosok tubuh yang tergeletak di jalan. Ia menghentikan kudanya, dan turun menghampirinya. read more