32 gigi

Ini lanjutan dari artikel yang berjudul Kosong.

“Terus obat awet mudanya apa mas, selain mengosongkan fikiran?” tanya saya.

Mas Purwo tersenyum lalu mringis memperlihatkan deretan gigi-giginya yang putih. Lalu, katanya, “Berapa jumlah gigi kita?”

Hmm… mas Purwo ngetes kali. Terus terang saja, saya belum pernah secara khusus menghitung berapa biji gigi di mulut saya. Hanya saja, saya masih ingat pelajaran ilmu hayat kalau jumlah gigi manusia ada 32 buah.

“Benar, 32 buah. Jumlah ini termasuk gigi geraham bungsu. Perhatikan komposisi gigi-gigi kita. 2 pasang gigi seri di atas dan di bawah. 1 pasang gigi taring. Juga ada di atas dan di bawah. Lalu, 5 pasang gigi geraham atas dan bawah. Coba sampeyan hitung perbandingan antara gigi taring, seri dan geraham!” tutur mas Purwo.

Saya memikir sejenak. Terus saya jawab, “Perbandingannya 1 gigi taring banding 2 gigi seri banding 5 gigi geraham. Artinya piye mas?”

“Begini. 1 gigi taring untuk menyantap daging. 2 gigi seri ditambah 5 gigi geraham untuk menyantap makanan nabati. Perbandingannya 1 dibanding 7. Fungsi gigi manusia bisa diperhitungkan sebagai 15% untuk makanan hewani dan 85%-nya untuk makanan nabati. Kini, perhatikan lagi. Gigi hewan karnivora semuanya tajam, seperti gigi taring. Bentuk yang tajam berfungsi untuk merobek daging dari tulang mangsanya. Sebaliknya untuk hewan herbivora, memiliki gigi seri yang tipis, berbentuk kotak dan itu cocok untuk menggigit tumbuh-tumbuhan,” paparnya. “Jadi, supaya sehat jangan banyak-banyak makan daging. Cukup 15%-nya saja dari konsumsi makan kita,” imbuhnya. read more

Kang Ujang mendapatkan surga

Kang Ujang sudah berdandan rapi. Padahal jam 10 baru saja lewat sedikit. Baju terbaik ia kenakan. Tak lupa tujuh kali semprotan minyak wangi. Peci haji dan kain sorban yang terselempang di pundaknya menambah kewibawaannya. Hari ini jumatan yang paling istimewa bagi Kang Ujang.

“Tumben gasik banget Kang, ke mesjidnya?” tanya istrinya.

“Iya. Saya ingin duduk di shaf terdepan, biar mendapatkan surga!” jawab Kang Ujang sambil keluar rumah.

Istrinya bangga, lalu berujar, “Ntar kalau surganya sudah didapat, saya dan anak-anak diajak serta loh Kang!”

~oOo~

Jam setengah sebelas mesjid kampungnya Kang Ujang masih sepi. Nampak kotor di lantai terasnya. Kang Ujang mengambil sapu yang tergeletak di dekat tempat wudhu. Ia membersihkan kotoran yang ada. Ya, mesjid tanpa marbot itu tak ada yang mengurus. Hanya mengandalkan tenaga pengurus mesjid atawa keikhlasan jamaah mesjid seperti Kang Ujang. read more

Sugimin dan jeruk cina

Pagi sebelum berangkat kerja, Sumirah merajuk kepada Sugimin – suami yang sangat dicintainya itu, begini, “Mas, ini permintaan jabang bayi di perutku, nanti sepulang kerja belikan jeruk cina ya?”

Sugimin mengangguk dan seulas senyumnya telah menentramkan hati istrinya yang sedang mengandung jabang bayi anak pertama mereka. Sebelum berangkat kerja, tangan Sugimin mengelus perut buncit milik Sumirah. “Hati-hati di jalan ya, mas?” kata Sumirah setelah mencium tangan suaminya. read more