Kang Ujang mendapatkan surga

Kang Ujang sudah berdandan rapi. Padahal jam 10 baru saja lewat sedikit. Baju terbaik ia kenakan. Tak lupa tujuh kali semprotan minyak wangi. Peci haji dan kain sorban yang terselempang di pundaknya menambah kewibawaannya. Hari ini jumatan yang paling istimewa bagi Kang Ujang.

“Tumben gasik banget Kang, ke mesjidnya?” tanya istrinya.

“Iya. Saya ingin duduk di shaf terdepan, biar mendapatkan surga!” jawab Kang Ujang sambil keluar rumah.

Istrinya bangga, lalu berujar, “Ntar kalau surganya sudah didapat, saya dan anak-anak diajak serta loh Kang!”

~oOo~

Jam setengah sebelas mesjid kampungnya Kang Ujang masih sepi. Nampak kotor di lantai terasnya. Kang Ujang mengambil sapu yang tergeletak di dekat tempat wudhu. Ia membersihkan kotoran yang ada. Ya, mesjid tanpa marbot itu tak ada yang mengurus. Hanya mengandalkan tenaga pengurus mesjid atawa keikhlasan jamaah mesjid seperti Kang Ujang.

Selesai bersih-bersih, ia masuk ke dalam mesjid. Sajadah-sajadah lusuh berserakan di lantai. Kang Ujang segera merapikan sajadah-sajadah itu, sejurus kemudian ia melakukan shalat tahiyatul masjid.

Mesjid masih sepi. Kang Ujang berdzikir. Lalu membaca Quran. Terderas beratus-ratus ayat, hingga satu persatu jamaah shalat jumat memenuhi mesjid.

Sepuluh menit menjelang waktu zuhur, tak ada tanda-tanda aktivitas akan dimulainya ibadah shalat jumat. Tak ada satu pun pengurus DKM yang hadir. Mungkin, mereka sedang berjumatan di tempat kerjanya masing-masing. Hanya ada Sholeh, yang biasa jadi muadzin.

Jam 12 tepat. Jamaah gelisah, saling tengok. Pun dengan Kang Ujang. Ia segera mengambil inisiatif. Ia berbisik kepada Sholeh. Dan Sholeh pun mengangguk-angguk.

“Ya, nanti Kang Ujang tinggal membaca buku kumpulan khotbah jumat. Ada tuh di atas mimbar!” kata Sholeh.

Diputuskan: Kang Ujang menjadi khatib sekaligus imam shalat jumat dan Sholeh menjadi muadzin.

Syahdan, Sholeh pun menuju ruang sound system. Terdengar suara mendesing karena frekuensi dua pelantang saling bertemu. Maklum, perangkat sound system murahan dan sudah berumur. Sholeh mengatur pelantang di atas mimbar. Ia sendiri kemudian memegang satu pelantang lainnya.

Kang Ujang gemetar. Inilah untuk pertama kalinya ia menjadi khatib shalat jumat. Ia pun segera naik ke atas mimbar. Menyapukan pandangannya ke seluruh yang hadir.

Apakah aku mampu menyampaikan khutbah?

Kemudian ia mengucapkan salam. Duduk. Sholeh dengan suara merdunya mengumandangkan azan, namun di luar suara itu tak terdengar merdu karena sound system yang buruk. Dari tempat duduknya, Kang Ujang membolak-balik buku kumpulan khutbah mencari materi yang pas.

Azan selesai. Kang Ujang memulai membacakan khutbah. Beberapa kali ia mengelap keringat yang keluar dari jidatnya dengan kain surban di pundaknya. Selesai khutbah, ia menuju sajadah di samping mimbar untuk menjadi imam shalat jumat.

Ibadah jumat berjalan lancar. Kang Ujang telah mendapatkan surga.