Kesabaran Haji Sulam

Seorang bapak marah-marah kepada anaknya karena sudah berkali-kali dinasihati tetap saja bandel mengulangi perbuatan tercelanya. Dalam kemarahannya tersebut, ia mengatakan kalau ia sudah sampai pada batas kesabarannya alias sabarnya sudah habis. Apakah benar, sabar itu ada batasnya?

Sesungguhnya, kesabaran itu sebuah proses yang menghasilkan suatu keikhlasan dan ketenangan hati atawa perasaan. Sumeleh, kata orang Jawa. Karena kesabaran itu sebuah proses, maka sangat perlu untuk terus dilatih.

~oOo~ read more

Menepati janji

Kisah ini terjadi pada zaman Khalifah Umar bin Khattab.

Pada suatu ketika ada seorang pemuda mendapatkan vonis hukum qishash, karena ia telah membunuh sesama muslim. Sebelum vonis dilaksanakan ia meminta izin kepada Khalifah untuk pulang ke kampung halamannya untuk menyelesaikan suatu urusan dan berpamitan dengan sanak kadangnya. Khalifah memberikan izin namun dengan satu syarat ada seseorang yang dapat menjamin perkataan pemuda itu. Nekjika pemuda tersebut tidak kembali, maka orang yang menjamin tersebutlah yang akan menjalani hukum qishash. read more

Menyentuh Ka’bah

Mereka berjalan beriringan ketika memasuki Masjidil Haram. Sesekali sang ayah membetulkan posisi kain ihram ke pundaknya karena tangannya menggandeng kedua anaknya, perempuan dan laki-laki. Mereka berjalan bergegas agar cepat sampai di tempat tawaf.

“Itulah Ka’bah yang agung itu, nak! Mari kita tengadahkan tangan untuk berdoa ketika melihat Ka’bah.” ujar sang ayah terdengar gemetar. Rasa haru menyelimuti hatinya. “Kita duduk bersimpuh sejenak,” lanjutnya.

Rombongan kecil jamaah umrah itu duduk bersimpuh di hadapan Ka’bah, mata mereka tak lepas dari pandangan bangunan kubus yang terselimuti kain hitam yang berdiri kokoh di depan mereka yang tak pernah berhenti dikelilingi ribuan orang yang melakukan tawaf. read more