Sugimin dan jeruk cina

Pagi sebelum berangkat kerja, Sumirah merajuk kepada Sugimin – suami yang sangat dicintainya itu, begini, “Mas, ini permintaan jabang bayi di perutku, nanti sepulang kerja belikan jeruk cina ya?”

Sugimin mengangguk dan seulas senyumnya telah menentramkan hati istrinya yang sedang mengandung jabang bayi anak pertama mereka. Sebelum berangkat kerja, tangan Sugimin mengelus perut buncit milik Sumirah. “Hati-hati di jalan ya, mas?” kata Sumirah setelah mencium tangan suaminya.

~oOo~

Sesungguhnya, permintaan sederhana istrinya itu telah membuat sedih hati Sugimin. Sedih karena kuatir akan mengecewakan hati istrinya. Ia tak punya uang untuk membeli jeruk cina. Sebagai petugas cleaning service yang dibayar secara mingguan, tak ada bayangan baginya membeli barang mewah seperti jeruk cina yang tampilannya sangat menarik, berwarna kuning cerah dan mulus kulitnya. Gaji mingguannya semua ia berikan kepada Sumirah. Sungguh, ia istri yang pandai mengelola uang yang tak seberapa besar itu. Meskipun tak ada perkakas yang pantas yang ada di dalam rumahnya, namun untuk makan sehari-hari Sumirah dapat menyediakannya. Tak apa tak membuat perutnya kenyang. Mereka selalu bersyukur.

Ia kayuh sepedanya menuju tempatnya bekerja. Ada sekira sepuluh kilometer. Ia bayangkan ujud jeruk cina yang ranum. Tapi bagaimana memperolehnya? Di kantong celananya hanya ada uang dua ribu perak, sekedar untuk pegangan. Bermacam rencana di benaknya untuk mendapatkan uang untuk membeli jeruk cina. Ia ingin mendapatkan cara yang halal, namun bukan dengan cara mengemis atawa berhutang.

Min, jangan ngelamun….. di depanmu ada seorang yang mau nyebrang jalan….

Sugimin segera turun dari sepedanya dan menyenderkan pada pohon di pinggir jalan. Ia hampiri nenek yang akan menyeberang jalan yang sangat padat dengan kendaraan. Pelan-pelan ia gandeng tangan tua itu, membelah kerumunan sepeda motor yang memenuhi badan jalan. Sugimin kembali ke sepedanya setelah menyeberangkan perempuan tua itu.

~oOo~

Pak Mojo datang terlambat. Ia langsung mencari Marni, sekretarisnya. “Mar, tolong carikan Gino ya!” ujar Pak Mojo.

“Gino hari ini nggak masuk pak!” jawab Marni. “Ada perlu apa pak?” lanjutnya.

Anu, mau tak suruh beli makan siang. Sapa sing bisa dikonkon?” kata Pak Mojo lagi. Marni pun memanggil Sugimin dan menyuruh masuk ke ruang Pak Mojo.

~oOo~

Wis, kembaliannya untuk kamu Min. Suwun ya?” kata Pak Mojo setelah mendapatkan nasi bungkus titipannya.

Alhamdulillah.