Pangeran Diponegoro dan penipu

Saban hari Pangeran Diponegoro mengelilingi padukuhan Tegalrejo untuk melihat langsung kehidupan rakyatnya. Tak jarang ia menunggangi kuda putih kesayangannya, Kyai Gentayu. Kuda perkasa itu tahu betul apa kemauan tuannya, kadang tanpa komando kuda itu berjalan ke tempat yang ingin dituju oleh Pangeran Diponegoro.

Selain sosok kharismatik Pangeran Diponegoro, Kyai Gentayu juga menjadi pembicaraan para pecinta kuda. Banyak orang ingin memiliki kuda itu. Sudah beberapa upaya dilakukan orang untuk memiliki Kyai Gentayu bahkan dengan cara membelinya dengan harga sangat mahal, menukar dengan emas atawa tukar-guling dengan hektaran tanah. Namun, Pangeran Diponegoro bergeming. Kyai Gentayu seperti belahan jiwanya.

Arkian, ada seseorang yang ingin memiliki Kyai Gentayu dengan cara yang licik. Ia mengamati kebiasaan Pangeran Diponegoro yang selalu berkeliling padukuhan. Ia menyusun siasat.

Siang itu cukup terik. Pangeran Diponegoro memacu kudanya untuk pulang ke rumahnya. Pada saat melewati sebuah jalan, ia melihat ada sesosok tubuh yang tergeletak di jalan. Ia menghentikan kudanya, dan turun menghampirinya.

“Sudikah tuan menolongku. Aku tak kuat lagi berjalan,” suara orang itu lirih.

“Naiklah ke kudaku, Kisanak!” jawab Pangeran Diponegoro.

Namun apa yang terjadi? Orang itu sontak bangkit dari berbaringnya dan meloncat ke punggung Kyai Gentayu dan melarikan kuda itu. Pangeran Diponegoro menggelengkan kepala, dan berkata dalam hati: kok ada orang seburuk itu tingkah lakunya. Tak lama, penipu itu membalikkan Kyai Gentayu ke arah Pangeran Diponegoro.

“Wahai Pangeran, sudah lama aku ingin memiliki kuda ini. Aku tak mengira engkau mudah sekali aku tipu, ha..ha..ha…!” katanya bangga.

“Sebentar Kisanak. Silakan bawa kuda kesayanganku ini, tetapi aku minta janganlah kau ceritakan kepada siapa pun peristiwa ini,” kata Pangeran Diponegoro kalem.

“Loh, kenapa begitu?” tanyanya heran.

“Begini. Aku tak ingin orang lain mengetahui ada seseorang yang tertipu karena ia menolong orang lain yang sedang kesusahan. Aku kuatir, nanti tak ada orang yang bersedia menolong saudaranya sendiri karena takut tertipu. Seperti peristiwa hari ini yang aku alami,” papar sang Pangeran.

Penipu itu tertegun mendengar tutur Pangeran Diponegoro. Ia turun, dan bersimpuh di kaki sang Pangeran. Ia mohon maaf dan berjanji tak akan mengulangi perbuatannya lagi.

~oOo~

Sampeyan ingin tahu bagaimana prejengan kuda tunggangan Pangeran Diponegoro yang gagah itu? Mpu lukis Vyan RH memvisualisasikan dengan sangat nyiamik di sini.

PS: Kisah yang diceritakan di atas hanya meminjam sosok Pangeran Diponegoro yang saya kagumi