Yang Di Atas

Salah satu sebutan untuk Tuhan yang sering kita dengar adalah Yang Di Atas (untuk menyebutnya disepakati ditulis dengan huruf besar di awal kata). Kenapa istilah Yang Di Atas ini digunakan? Banyak yang meyakini, Tuhan itu bersemayam di surga dan letak surga itu ada di langit sana.

Perhatikan orang berdoa, sebagian mereka menengadahkan kepala ke arah langit. Bahkan ketika ada orang yang sedang  menghujat Tuhan karena rasa kecewa atas nasib buruk yang menimpanya, jari-jemarinya diarahkan ke atas dengan mata menatap langit, seperti ia ingin berduel dengan Tuhan saja.

Atau pemain bola yang habis mencetak gol ke gawang lawan, ia akan menghadap langit, ia tersenyum dan berkomat-kamit mengucapkan terima kasih kepada Tuhan, seolah-olah Tuhan sedang asyik nonton bola yang ia mainkan. read more

Ketika Sifat Kikir Itu Muncul

Kadang nggak habis pikir, kenapa sifat kikir gue tiba-tiba muncul. Padahal gue selalu mencoba untuk menghilangkannya dari hati dan pikiran gue. Bukan apa-apa sih, gue ingin belajar agar bisa berbagi dengan sesama, entah berbagi dengan harta atau sekedar perhatian.

Ketika di SPBU datang seorang nenek menghampiri gue membawa kotak tergembok, minta sumbangan. Gue menolak dengan melambaikan telapak tangan, meskipun saat itu tangan gue memegang uang receh pengembalian beli bensin. Rasanya, terlalu sayang mengeluarkan seribu untuk gue berikan kepada nenek tersebut.

Gue lagi enak-enaknya menikmati makan nasi uduk di warung tenda, datang pengemis kecil yang wajahnya begitu iba menatap gue yang lagi lahap-lahapnya mengunyah makanan. Gue gelengkan kepala, tanda menolaknya. Salah satu alasan, gue nggak mau ritual makan terganggu. Nggak lama berselang, datang pengamen. Gue nikmati lagu mereka, dan gue pun kasih uang. Gue buka dompet, mencari-cari barangkali ada uang logamnya. Ternyata nggak ada, uang terkecil yang ada di dompet uang seribuan. Itupun masih saya gue seleksi, uang yang paling kumal yang gue berikan. read more

Semangat Awal Tahun

Ungkapan para winasis jaman dulu “kalah wirang, menang ora kondhang” yang artinya kalah memalukan, sedangkan menang tidak terkenal. Hal ini bisa dicontohkan pada orang pandai yang melawan orang bodoh, orang kuat melawan orang yang lemah, laki-laki gagah melawan wanita lemah. Prinsipnya, siapa yang menang akan menjadi pindang, yang kalah menjadi arang.

Negeri ini dalam keadaan merdeka, bukan dalam keadaan perang, tetapi setiap hari disajikan peristiwa-peristiwa permusuhan antara anak bangsa. Musuh seperti sengaja diciptakan, asal ada perbedaan : suku, keyakinan, golongan, keturunan, padangan politik. read more