Belum juga ada setengah jam, diriku duduk termenung di tengah ruang mesjid melakukan i’tikaf di malam ke dua puluh sembilan, mataku sangat berat untuk dibuka dan tiba-tiba saja diriku ditarik oleh oleh makhluk tinggi besar dan mendudukkanku pada sebuah kursi. Tentu saja aku kaget setengah mati, rasa kantuk pun sirna seketika. Oh, aku kenal kursi ini. Aku dulu pernah duduk di kursi ini, sebagai seorang pesakitan yang tengah disidang pada Mahkamah Nurani.
Ini kali kedua diriku duduk di kursi ini. Ya, di depanku ada meja yang cukup tinggi lengkap dengan kursi kebesaran milik hakim agung. Di belakang kursi ada dinding yang bertuliskan Mahkamah Nurani berwarna emas. Aku pasrah, menunggu apa yang akan terjadi. read more