Yang Di Atas

Salah satu sebutan untuk Tuhan yang sering kita dengar adalah Yang Di Atas (untuk menyebutnya disepakati ditulis dengan huruf besar di awal kata). Kenapa istilah Yang Di Atas ini digunakan? Banyak yang meyakini, Tuhan itu bersemayam di surga dan letak surga itu ada di langit sana.

Perhatikan orang berdoa, sebagian mereka menengadahkan kepala ke arah langit. Bahkan ketika ada orang yang sedang  menghujat Tuhan karena rasa kecewa atas nasib buruk yang menimpanya, jari-jemarinya diarahkan ke atas dengan mata menatap langit, seperti ia ingin berduel dengan Tuhan saja.

Atau pemain bola yang habis mencetak gol ke gawang lawan, ia akan menghadap langit, ia tersenyum dan berkomat-kamit mengucapkan terima kasih kepada Tuhan, seolah-olah Tuhan sedang asyik nonton bola yang ia mainkan.

Kalau Tuhan ada di atas sana, kenapa pula tempat-tempat ibadah disebut dengan rumah Tuhan? Emang kalau lagi di atas sana Tuhan lagi ngapain?

Masih perkara Yang Di Atas, mungkin Anda pernah membaca humor seperti ini :

Sepasang muda-mudi sedang duduk di bawah pohon mangga. Terlihat si ceweknya menangis tersedu-sedu di pangkuan pacarnya. “Bang, aku sudah terlambat tiga bulan. Bagaimana nasib bayi yang ada di kandunganku ini nantinya?” Dengan kalem si cowok menghibur, “Sudahlah dik, kamu jangan bersedih. Kita serahkan semuanya pada yang di atas!”

Tanpa diiringi hujan dan geledek, terdengarlah suara menggelegar dari atas pohon mangga, “Enak aja… lu yang berbuat gue mau diserahi tanggung jawab!!” Rupanya, tanpa mereka sadari di atas pohon ada orang yang sedang memetik mangga.

Untuk keberadaan di mana Tuhan itu, perhatikan penggalan syair lagu Untuk Kita Renungkan karya Ebiet G. Ade :

Kita mesti berjuang memerangi diri
Bercermin dan banyaklah bercermin
Tuhan ada di sini di dalam jiwa ini
Berusahalah agar Dia tersenyum

Jadi jangan jauh-jauh mencari Tuhan, karena Dia sangat dekat bahkan lebih dekat dari pada urat nadi kita.