Ibunya Kartini: “nDuk, apakah kamu tidak capek dan bosan menulis surat kepada temanmu si Estella Zeehandelaar itu, yang kamu kirimkan melalui pos. Kenapa kamu tidak menggunakan e-mail saja, lebih cepat dibaca dan ditanggapi oleh sahabatmu dari seberang lautan sana. Atau yang lagi ngetren sekarang ini, main blog dan pesbuk. Kan kumpulan tulisan kamu bisa dibaca oleh dunia”
Mari sejenak mengenang Kartini, bukan dengan berpakaian kebaya lengkap dengan sanggulnya tetapi alihkan pikiran pada bagaimana cara Kartini melawan kesepian karena pingitan, melawan arus kekuasaan besar penjajahan dari dinding tebal kotak penjara kabupaten yang menyekapnya bertahun-tahun.
Kartini menuliskan segala perasaannya yang tertekan itu, kemudian ia komunikasikan dengan sahabat-sahabat Eropanya saat itu. Dan hasilnya sungguh luar biasa, selain melambungkan nama Kartini, suaranya bisa terdengar sampai jauh, sampai ke negeri asal dan akar kehancuran manusia pribumi nusantara. read more