Kisah Pohon Pace

Arkian, di dalam Kerajaan Mataram telah terjadi persaingan dua kubu antara yang memilih menjadi antek VOC, dan melawan VOC di satu sisi. Kubu yang melawan VOC dipimpin oleh Pangeran Mangkubumi, yang tidak lain adik Raja Mataram saat itu. Sementara, Raja Mataram menjadi antek VOC karena bujuk rayu Patih Pringgalaya.

Karena keculasan Patih Pringgalaya, Pangeran Mangkubumi dan pengikutnya terusir dari istana, bahkan menjadi buronan kerajaan. Mataram yang dibantu oleh VOC dengan mudah mengalahkan Pangeran Mangkubumi. Waktu itu pasukan Pangeran Mangkubumi tinggal dua puluh orang, terpaksa lari dan bersembunyi ke dalam hutan.

Dalam pelariannya itu, Pangeran Mangkubumi dan pengikutnya menyusuri Pantai Selatan Pulau Jawa sebelum akhirnya masuk ke hutan belantara. Akibat medan yang berat, naik-turun gunung pasukan Pangeran Mangkubumi banyak yang meninggal, dan hanya tinggal dua belas orang. read more

Seekor Pipit Kecil

Pagi itu induk burung pipit membangunkan anak-anaknya yang berjumlah tiga. Matahari belum kelihatan di ufuk timur.

“Seperti janji ibu semalam, hari ini kalian mulai belajar terbang. Ibu akan mengajari kalian bagaimana mengepakkan sayap sehingga membuat tubuh kalian menjadi lebih ringan,” demikian kata ibu pipit kepada ketiga anak-anaknya.

“Hoaaahh….!!! Masih ngantuk nih bu… aku mau tidur lagi!” kata si bungsu dengan masih memejamkan matanya. read more

Yuyu Kangkang

Prolog.

Karena sesuatu hal, yang kalau diceritakan bisa semalaman, Dewi Galuh Candrakirana a.k.a Sekartaji harus dipisahkan dengan kekasihnya, Raden Panji Asmarabangun. Putri Kerajaan Kediri itu harus menjalani ujian hidup dengan cara terlunta-lunta terlebih dahulu. Hal yang sama terjadi pula kepada Raden Panji Asmarabangun.

~oOo~

Syahdan, di sebuah pedukuhan di lereng gunung Arjuna hiduplah keluarga yang cukup berada, seorang ibu bersama ketiga anak perempuannya. Bukan anak kandung, tapi tiada yang tahu dari mana ibu itu memungut mereka. Ibu itu, sebut saja Sri Pertiwi, memberikan nama kepada anak-anaknya: yang sulung Kleting Abang, berbadan gemuk, jarang tersenyum, suka marah, suka menangis. Si tengah Kleting Kuning, agak kurus, cerewet, suka memaksakan kehendak, sangat manja kepada ibu angkatnya. Sedangkan si bungsu Kleting Ijo, meskipun kurus tetapi makannya banyak, dan ia paling malas di antara ketiganya.

Suatu hari datanglah Sekartaji ke rumah Sri Pertiwi dengan maksud untuk ikut ngèngèr, menumpang hidup. Tentu saja dengan senang hati Sri Pertiwi dan anak-anaknya menerima kehadiran Sekartaji di rumah itu sebagai abdi dalem, pembantu rumah tangga. Meskipun derajatnya sebagai abdi dalem, Sri Pertiwi memberikan nama seperti anaknya yang lain. Sejak saat itu nama Sekartaji berubah menjadi Kleting Biru. read more