Pasca tindakan HNP, kuncinya disiplin

Lanjutan bahasan dari artikel: Endoskopi PELD: mengatasi saraf kejepit saya.

Saya hanya ingin berbagi pengalaman pasca tindakan operasi HNP dengan Endoskopi PELD.

Hari H – Operasi

Saya dioperasi Sabtu, 14 November 2020. Setelah selesai tindakan operasi, saya ditanya dokter apakah nyeri masih saya rasakan? Jawabannya, nyeri sampai ujung jari jempol kaki kiri saya sudah lenyap. Saat itu yang saya rasakan: dari pinggang sampai bawah pantat saya sakitnya bukan main (apalagi jika ada gerakan). Maka, setelah urusan admin selesai, saya pulang.

Posisi kursi mobil ditidurkan agar saya nyaman selama perjalanan pulang Jakarta-Karawang. Sampai di rumah, turun dari mobil sampai dengan masuk kamar saya kesulitan berjalan kaki. Harus pelan-pelan, karena begitu kaki saya gerakkan, pinggang saya sakitnya bukan main. read more

Penyempitan diskus L 4/5, suspect HNP

Setahun belakangan ini, saya merasakan tidak beresnya kondisi boyok saya. Keadaan sakit pinggang – menjalar sampai di paha – begitu berasa ketika saya berdiri tegak. Kalau sudah pegal-pegal semacam ini, saya mengandalkan obat rematik yang dijual bebas di pasaran, atau paling banter pergi ke dokter umum dan mendapatkan beberapa jenis obat yang menghilangkan rasa sakit boyok saya.

Hilang sakitnya cuma sementara sih, nanti juga kambuh kembali.  Tapi kadang-kadang kadar asam urat dan kolesterol saya tinggi, sehingga pegal-linu semakin sempurna rasanya.

Arkian, ada referensi untuk berobat alternatif dengan cara terapi cubit, di bilangan Piyungan Bantul. Karena merasa enakan, saya mengulang beberapa kali.

***

Dan saya pun ke JOG dalam kali kesebelas untuk terapi. Malam sabtu saya sudah berada di JOG, seperti biasanya.

Bangun tidur, mata kaki saya bengkak dan sakitnya minta ampun. Pagi itu saya pergi ke RSPR – rumah sakit yang nggak jauh dari Bunderan UGM, dan memilih untuk ke dokter internis. read more

Pas tidak Legi

Kika pernah bercerita kalau ia pergi ke Pasar Kotagede. Ceritanya seru, karena ia seperti melihat pasar zaman dulu yang sesungguhnya: tukang obat menjajakan dagangannya dengan cara atraktif di sebelah tukang ramal nasib orang, para pedagang burung hias dikerumuni pecinta hewan berkicau itu di sisi barat pasar, serta pedagang barang yang unik lainnya.

Saya pun terprovokasi ingin mengunjungi pasar tradisional tertua yang dibangun di abad 16 tersebut.

Pas hari Minggu kunjungan ke Jogja, kami berempat nge-grab ke Pasar Kotagede. Sekira jam 9-an pasar kok sepi. Usut punya usut dengan bertanya kepada para pedagang di sana, pasar ini ramai kalau pas pasaran Legi. Kami datang ke sana hari Minggu Paing. Benar saja, ketika melihat tulisan di pintu masuk: Pasar Legi Kotagede. read more