KA Cepat dan infrastruktur jalan

Perjalanan umroh pada bulan Okt-22 yang lalu terasa istimewa. Keinginan saya naik KA Cepat Al-Haramain terbayar sudah. Saya mengambil rute Makkah-Madinah, dua Kota Suci yang berjarak sekitar 45o km itu ditempuh dengan kecepatan 300 km/jam. KA Cepat Al-Haramain melewati 4 station: Makkah – Jeddah – KAEC – Madinah. Saking nikmatnya naik KA Cepat ini, saya tertidur dan tahu-tahu sudah sampai di Stasiun Madinah.

Bagaimana dengan KA Cepat di Indonesia? Dalam beberapa kesempatan, saya mengikuti secara langsung perkembangan pembangunan rel KA Cepat Jakarta Bandung. Konon perjalanan Jakarta-Bandung akan ditempuh hanya dalam waktu 36 hingga 44 menit saja. Dipadukan dengan konsep Transit Oriented Development (TOD), Stasiun Kereta Cepat memastikan sistem integrasi dengan berbagai pilihan moda transportasi terintegrasi, beragam kuliner, fasilitas dan keistimewaan lainnya. Lokasi TOD tersebut dibangun tak jauh dari tempat tinggal saya. read more

Gegeran di Keraton Pajang

Lelaki yang satu ini bisa disebut sebagai pria yang cantik, yakni sosok pria yang elok parasnya serta  lembut tingkah lakunya. Banyak perempuan yang tergila-gila kepadanya. Ya, lelaki tersebut bernama Raden Pabelan dan ia mempunyai label lananging jagad, atau playboy mirip Arjuna kalau boleh disebut begitu.

Ia merupakan putra Tumenggung Mayang, salah satu menteri kepercayaan Sultan Hadiwijaya, penguasa Kesultanan Pajang. Pabelan mempunyai wajah yang sangat rupawan, konon di wilayah Pajang tidak ada yang mampu mengalahkan indahnya paras mukanya itu. Tetapi, sifat Pabelan tidak seelok wajahnya. Jari-jari tangan tidak akan cukup untuk menghitung sudah berapa wanita yang menjadi korban atau mengorbankan diri untuk Pabelan. Baik itu yang masih perawan, janda atau bahkan yang masih menjadi istri orang.

Tumenggung Mayang tentu saja malu atas perilaku Pabelan dan selalu gelisah memikirkan kelakukan anak laki-laki satu-satunya itu. Kelakuan Pabelan mengancam kedudukannya sebagai tumenggung, karena ia telah mendapatkan peringatan keras dari Sultan Pajang agar menghentikan tingkah Pabelan yang buruk itu. Satu-satunya jalan, ia harus membunuh anak kandungnya itu. read more

Boncengan

Daripada mengutuk kegelapan, lebih baik menyalakan lilin. Kalau tidak punya lilin, nyalakan hapemu pada flashlight mode on. Saya sering mempraktekkan ungkapan orang bijak tersebut dalam situasi yang saya alami, toh jika saya mengutuk atau sekedar mengumpat, hal itu tidak akan menyelesaikan masalahnya – misalnya di tengah kemacetan.

Hujan dan kemacetan menjadi pasangan abadi di sebuah kota industri, hatta disempurnakan dengan kondisi jalan mirip rempeyek. Tidak hujan saja macet, apalagi hujan. Sebuah kalimat kutukan ya?

Nah, daripada nggerundel seperti itu saya memilih naik motor, selain menghindari titik-titik macet bisa melewati banyak alternatif jalan menuju ke tempat kerja. Setidaknya 2 tahun belakangan saya konsisten naik motor, pergi-pulang kerja. Saya berboncengan dengan anak perempuan saya yang kebetulan tempat kerja kami dalam area dan arah yang sama. read more