Surat dari Sabai nan Aluih

Sahabatku,

Salam sejahtera. Aku tidak yakin surat ini akan cepat sampai di tanganmu. Gempa kemarin telah meluluhlantakkan sebagian besar kampung halamanku (ah, kamu pasti lebih tahu karena televisimu pasti tidak henti-hentinya menayangkan bencana ini). Belum juga kering kuburan ayahku, bencana itu datang begitu saja begitu cepatnya menghancurkan segalanya: rumah,  jalan, jembatan, sawah-ladang, ternak, dan sanak-saudara. Komunikasi dengan dunia luar terputus. Sempurnalah keterasingan, antara ada dan tiada.

kampuang nan jauh di mato
gunuang sansai baku liliang
takana jo kawan, kawan nan lamo
sangkek basu liang suliang
panduduknya nan elok nan
suko bagotong royong
kok susah samo samo diraso
den takana jo kampuang takana jo kampuang
induk ayah adik sadonyo
raso mangimbau ngimbau den pulang
den takana jo kampuang

Kamu tahu, aku tidak bisa berpangku tangan menyaksikan penderitaan saudara sekampung-sehalamanku. Bersama dengan Nurbaya dan Rahmi, kami bergotong-royong membantu mereka dengan kemampuan yang kami miliki. Kamu percaya kan, kami adalah manusia-manusia tegar yang tidak terlarut terlalu lama dalam penderitaan? Mengharapkan bantuan yang diatur oleh pamong praja bagai pungguk merindukan bulan, penuh birokrasi dan prosedur yang berbelit-belit.

Aku yakin, tidak lama lagi kami akan segera bangkit untuk menata penghidupan kami kembali.

Salam hangat dari Padang Tarok,

Sabai nan Aluih

Bela Negara vs Belah Negara

Aktifitas Lastri tiap jumat salah satunya membereskan file-file yang ada di meja saya. Minggu ini file di meja relatif sedikit, maklum setelah libur lebaran belum banyak koresponden yang saya lakukan seminggu ini.

Sambil blogwalking terjadi dialog antara Lastri dan saya, sementara ia sibuk memasukkan beberapa file ke odner yang berjejer rapi di lemari.

Lastri : Pak, ini sudah tanggal dua loh. Saya baca Padeblogan kok belum ada artikel tentang bela negara yang akan diikutkan dalam Brainstorming Bela Negara yang diselenggarakan oleh Pakde Cholik.

Guskar : Lha, sampai sekarang belum ada ide tuh Last. Kayaknya susah untuk nulis dengan topik bela negara.

Lastri : Halah.. pak’e ini ada-ada saja, wong biasanya ide nulis clang-cling saja gitu loh.. mosok bilang susah nulis. Saya usul boleh nggak pak?

Guskar : Usul apa?

Lastri : Mbok nulis tentang batik, kan hari ini merupakan hari kebanggaan bangsa Indonesia, karena UNESCO menetapkan batik sebagai warisan dunia yang berasal dari nusantara ini. Bisa jadi semua karyawan di instansi dan institusi mana pun pada mengenakan batik. Wah.. saya lihat batik yang bapak pake baru ya.

Guskar : Iyo, wingi tuku nang Kampung Batik Laweyan Solo. Terus, hubungan batik dengan bela negara apa?

Lastri : Dengan mencintai dan memakai batik bisa dibilang bentuk dari menghargai warisan nenek moyang. Bangga akan budaya bangsa. Kita tunjukkan kepada dunia, bahwa bangsa kita bangsa yang maju kebudayaannya sejak dulu, bahkan generasi sekarang semacam kita ini masih melestarikan budaya itu. Selain itu, kita juga menunjukkan kepada negara sebelah bahwa batik ini benar-benar milik bangsa ini. Bukankah ini salah satu bentuk bela negara, dalam hal membela budaya bangsa?

Guskar : Pendapatmu benar. Ngomong-ngomong batikmu kok yo apik tenan, model Pekalongan ya?

Lastri : Tuh kan, bukti lagi pak. Betapa kayanya negeri ini akan batiknya. Di wilayah mana pun di nusantara ini menghasilkan batik, ada batik Solo, Jogja, Pekalongan, Sragen, Lasem, dan masih banyak lagi.

Guskar : Yo, sudah saya catat. Terima kasih sudah memberi ide untuk ikutan Brainstorming Bela Negara.  Oh iya Last, kok jadi ingat negara tetangga yang kamu singgung tadi. Jadi TKI atau TKW apa ya bisa disebut bentuk bela negara?

Lastri : Ealah, bapak ini critanya mau ngetes pendapat saya ya?

Guskar : Yo ora ngono, ini kan dalam rangka Brainstorming Bela Negara juga.

Lastri : Menurut saya sih, para TKI/TKW itu juga bentuk bela negara, selain membela perekonomian rumah tangga mereka sendiri mereka kan menghasilkan devisa negara yang nggak sedikit toh pak? Devisa itu oleh pemerintah bisa dimanfaatkan untuk memperkuat pertahanan negara misalnya.

Guskar : Tapi sayang ya Last, berita TKI/TKW yang tersiksa dan terlunta-lunta di negeri orang selalu saja berulang dan pemerintah kita seakan kurang tanggap dan membiarkan saja.

Lastri : Mereka di sana, padahal sudah mempertahankan martabat pribadi dan martabat bangsa.

Guskar : Menurutmu bentuk bela negara selain dua contoh di atas, apa ya harus dengan memanggul senjata?

Lastri : Kok pertanyaannya tambah susah toh pak. Kalau jawaban saya pas dan berkenan di hati, nanti siang bapak traktir rujak cingur ya?

Guskar : Oke!

Lastri : Konsep bela negara sebenarnya mengandung dimensi pengertian yang sangat luas, seperti contoh di atas. Ada yang lebih penting, yaitu kita selalu menjaga hubungan baik dengan sikap toleransi tinggi sesama warga negara. Hal itu dilakukan demi kebutuhan bersama dalam menangkal berbagai bentuk ancaman musuh baik yang berasal dari dalam atau luar negeri terhadap keutuhan kedaulatan NKRI. Istilah di mata kuliah kewiraan dulu disebut dengan ketahanan nasional. Jangan sampai kita yang sudah setengah mati melakukan bela negara, sementara pemerintah membiarkan saja ada pihak-pihak yang sengaja melakukan belah negara, misalnya dengan menjual pulau ke negara tetangga.

Guskar : Jian… dua jempol untukmu Last. Matur nuwun, sudah memberikan ide-ide cemerlang dalam Brainstorming Bela Negara tadi. Sekarang akan saya jahit menjadi susunan kalimat, dan segera saya sampaikan kepada Pakde Cholik.

Note :
Artikel ini pernah diikutsertakan dalam Brainstorming Bela Negara yang diselenggarakan oleh Pakde Cholik

Dia Naik Haji dengan Ilmunya

Dalam artikel-artikel sebelumnya saya sering menceritakan Ustadz Asnoor. Dia ini teman satu rombongan ketika ibadah haji tahun lalu. Usianya tiga atau empat tahun di atas saya. Di Tanah Haram sana, saya banyak menggali ilmu agama darinya.

Saya dan dia semakin akrab ketika di Arafah, semalaman kami berdiskusi sampai mata terpejam. Malam itu dia menceritakan pengalamannya sampai bisa berada di Tanah Haram.

Dia bekerja di sebuah perusahaan BUMN yang cukup sehat di negeri ini. Setiap tahun BUMN ini mampu memberangkatkan 3 orang karyawannya ke Tanah Haram. Sejak tiga tahun lalu, Ustadz Asnoor mengikuti proses seleksi dan baru di tahun ini mendapatkan peringkat pertama, berkat izin Gusti Allah dia lulus mengikuti program naik haji. read more