Taif

Desember tahun lalu, saya berkesempatan berada di Taif – kota yang berhawa dingin berjarak sekitar 1,5 jam dari Mekkah. Taif diberkahi sebagai kota yang subur dengan hasil pertanian terutama buah-buahan yang melimpah, selain aneka bunga. Untuk menuju Taif, kita akan melalui jalan berkelok dan menanjak, ciri khas jaringan jalan menuju puncak gunung.

Jika di kota Madinah terdapat Jabal/Gunung Uhud yang kelak dapat kita temui di surga, di Taif akan kita temukan pohon Zaqqum – yang di neraka nanti akan menjadi makanan bagi para penghuni neraka (QS 56: 51-56).

Selain dikenal dengan keindahan dan kesejukan alamnya, Taif juga menyimpan sejarah perkembangan penyebaran agama Islam dan sejarah kehidupan Kanjeng Nabi. Di Taif inilah Kanjeng Nabi pertama kali mendapat tantangan, cemoohan, pengusiran bahkan sempat dilempari batu oleh kabilah Tsaqif, kabilah terbesar di kota Taif. Mutawif/pemandu kami menceritakan itu semua ketika dalam perjalanan Mekkah-Taif. read more

Pecinta Allah yang sejati

Pengajian bakda isya malam Rebo Kliwonan secara rutin diisi oleh Kyai Budi, seorang alim yang umurnya unda-undi dengan usiaku. Kedalaman ilmunya jeru banget. Ilmu yang disampaikan mudah dicerna, apalagi bagi manusia semacam diriku yang punya tingkat kemudengan di bawah rata-rata. Makanya, aku tak pernah absen hadir di pengajiannya.

“Ketika Allah menciptakan umat manusia, semuanya mengatakan mencintai-Nya. Maka Dia kemudian menciptakan kesenangan-kesenangan duniawi, dan sembilan per sepuluh dari mereka segera meninggalkan-Nya, sehingga yang tersisa hanya sepersepuluhnya,” ucap Kyai Budi tanpa jeda.

Aku mulai mencerna kalimat tersebut. Berapa orang yang tersisa ya? Belum kelar menghitung, terdengar kalimat Kyai Budi selanjutnya.

“Kemudian Allah menciptakan kemegahan dan kenikmatan surga, dan sembilan persepuluh dari sepersepuluh yang tersisa itu meninggalkan-Nya,” lanjut Kyai Budi setengah tersenyum. read more

Gino pun berangkat Umroh

Akhir tahun 2018 tinggal hitungan hari saja, tetapi kesibukan Mas Suryat serasa tiada kendat. Ada belasan surat yang mesti ditanggapi sebelum tahun berganti, sementara staf admin sudah keburu cuti tahunan. Ketika ia sedang konsentrasi level tiga, Gino datang ke ruangannya menyajikan kopi item kesayangan Mas Suryat.

“Gorengannya habis, pak!”

Mas Suryat memang pesan gorengan Gino yang saban hari ia siapkan di meja pantry. Aneka gorengan bikinan istrinya itu main ditaruh saja. Bagi siapa pun yang ingin mengudap gorengan tersebut tinggal menaruh uang di kaleng biskuit di ujung meja. read more