Tentang keserakahan

Sang Hyang Wenang berbesanan dengan Begawan Rekatama. Anak lelaki Sang Hyang Wenang yang bernama Sang Hyang Tunggal mendapatkan jodoh Dewi Rekatawi, putri nan jelita dari Begawan Rekatama.

Singkat cerita, mengandunglah Dewi Rekatawi. Dalam perutnya itu bukan berisi jabang bayi, melainkan sebutir telur. Ya, saat melahirkan yang keluar dari rahim Dewi Rekatawi berupa telur sebesar bayi!

Tanpa bantuan dukun beranak, telur yang keluar dari rahim Dewi Rekatawi melesat terbang ke angkasa terbawa oleh angin. Ndidalah, telur itu jatuh di dekat kaki Sang Hyang Wenang, yang tak lain kakek dari si telur itu. read more

Cemburu rejeki orang

Jika ada orang yang mencemburui rejeki orang lain, sesungguhnya ia sedang melakukan pekerjaan yang sia-sia bahkan telah melukai hatinya sendiri. Pada suatu siang, Jaka Sulaya datang ke meja Mas Suryat untuk mengobati luka di hatinya, gara-gara mencemburui rejeki Cak Kamingsun, yang menurut pengamatannya kok selalu dlidir mendatangi Cak Kamingsun.

“Rejeki itu tidak bisa ditiru, tiap orang sudah punya jatah dan cetakannya, alias sudah ada takarannya,” demikian kata bijak yang keluar dari mulut Mas Suryat mengutip dari para waskita.

“Saya nggak mudeng rembugan sampeyan, Mas!” sergah Jaka Sulaya, sengol. read more

Nasihat sabar

Saya tiba di kediaman Kiai Budi hampir jam sepuluh malam. Di pendapa masih ada tiga orang yang tengah berbincang dengan kiai yang seumuran dengan saya itu, mungkin mereka masih enggan beranjak setelah ngaji malam reboan. Saya ikut duduk di antara mereka.

“Tolong nasihati saya tentang kesabaran, Kiai,” saya memohon kepadanya. Saya telah puluhan tahun mengenal Kiai Budi, sehingga sebagai kiai tasawuf saya yakin betul ia sudah sampai pada maqam sabar.

Ia mendekati saya, lalu berkata, “Pejamkan mata dengan rileks mas!” read more