Nasihat sabar

Saya tiba di kediaman Kiai Budi hampir jam sepuluh malam. Di pendapa masih ada tiga orang yang tengah berbincang dengan kiai yang seumuran dengan saya itu, mungkin mereka masih enggan beranjak setelah ngaji malam reboan. Saya ikut duduk di antara mereka.

“Tolong nasihati saya tentang kesabaran, Kiai,” saya memohon kepadanya. Saya telah puluhan tahun mengenal Kiai Budi, sehingga sebagai kiai tasawuf saya yakin betul ia sudah sampai pada maqam sabar.

Ia mendekati saya, lalu berkata, “Pejamkan mata dengan rileks mas!” read more

Belajar kesabaran

Sabar itu mestinya tiada batas, sehingga terdengar wagu jika seseorang mengatakan kalau kesabarannya sudah habis. Berarti ia tidak sabar lagi. Seperti kata merdeka, mestinya tidak perlu didefinisikan arti merdeka itu apa, sebab jika didefinisikan maka ia tidak merdeka lagi, ia menjadi terkekang.

Secara merdeka kita boleh belajar kesabaran dari alam sekitar. Misalnya kepada buah-buahan. Aneka buah sampai menjadi masak/matang ada tata-waktunya: hanya manusia yang tidak sabar yang ingin segera menikmatinya sehingga ia mengeramnya dengan menaburi karbit agar cepat masak. read more

Doa pembebasan hutang

Dalam pengajian malam Jumat Wage semalam, Ustadz Saefudin membahas tentang doa untuk membebaskan diri dari hutang. Doa ini biasa dibaca pada pagi dan petang sebanyak tiga kali.

Kisahnya:

Ketika Kanjeng Nabi masuk masjid di luar waktu-waktu shalat fardhu, beliau dihampiri seorang sahabat Anshar bernama Abu Umamah.

Sahabat ini mengeluh kepada Kanjeng Nabi: “Kesusahan dan hutang-hutangku membelit diriku, wahai Rasulullah”.

Kanjeng Nabi pun bersabda: “Maukah aku ajarkan sebuah doa kepadamu, yang apabila engkau mengucapkannya, Allah menyingkirkan kesusahanmu dan membayar hutang-hutangmu.” read more