Saya tiba di kediaman Kiai Budi hampir jam sepuluh malam. Di pendapa masih ada tiga orang yang tengah berbincang dengan kiai yang seumuran dengan saya itu, mungkin mereka masih enggan beranjak setelah ngaji malam reboan. Saya ikut duduk di antara mereka.
“Tolong nasihati saya tentang kesabaran, Kiai,” saya memohon kepadanya. Saya telah puluhan tahun mengenal Kiai Budi, sehingga sebagai kiai tasawuf saya yakin betul ia sudah sampai pada maqam sabar.
Ia mendekati saya, lalu berkata, “Pejamkan mata dengan rileks mas!” read more