Cemburu rejeki orang

Jika ada orang yang mencemburui rejeki orang lain, sesungguhnya ia sedang melakukan pekerjaan yang sia-sia bahkan telah melukai hatinya sendiri. Pada suatu siang, Jaka Sulaya datang ke meja Mas Suryat untuk mengobati luka di hatinya, gara-gara mencemburui rejeki Cak Kamingsun, yang menurut pengamatannya kok selalu dlidir mendatangi Cak Kamingsun.

“Rejeki itu tidak bisa ditiru, tiap orang sudah punya jatah dan cetakannya, alias sudah ada takarannya,” demikian kata bijak yang keluar dari mulut Mas Suryat mengutip dari para waskita.

“Saya nggak mudeng rembugan sampeyan, Mas!” sergah Jaka Sulaya, sengol. read more

Nasihat sabar

Saya tiba di kediaman Kiai Budi hampir jam sepuluh malam. Di pendapa masih ada tiga orang yang tengah berbincang dengan kiai yang seumuran dengan saya itu, mungkin mereka masih enggan beranjak setelah ngaji malam reboan. Saya ikut duduk di antara mereka.

“Tolong nasihati saya tentang kesabaran, Kiai,” saya memohon kepadanya. Saya telah puluhan tahun mengenal Kiai Budi, sehingga sebagai kiai tasawuf saya yakin betul ia sudah sampai pada maqam sabar.

Ia mendekati saya, lalu berkata, “Pejamkan mata dengan rileks mas!” read more

Belajar kesabaran

Sabar itu mestinya tiada batas, sehingga terdengar wagu jika seseorang mengatakan kalau kesabarannya sudah habis. Berarti ia tidak sabar lagi. Seperti kata merdeka, mestinya tidak perlu didefinisikan arti merdeka itu apa, sebab jika didefinisikan maka ia tidak merdeka lagi, ia menjadi terkekang.

Secara merdeka kita boleh belajar kesabaran dari alam sekitar. Misalnya kepada buah-buahan. Aneka buah sampai menjadi masak/matang ada tata-waktunya: hanya manusia yang tidak sabar yang ingin segera menikmatinya sehingga ia mengeramnya dengan menaburi karbit agar cepat masak. read more