Nembus 500: Sebuah Wawancara

Dengan mengambil waktu yang tidak umum untuk sebuah wawancara, Sumardiyanto (S) – wartawan Koran Tjap Koepoe bertemu dengan Kyaine (K) di pendapa Padeblogan. Bayangkan, wawancara kok dilakukan jam 2 dini hari!

S : Nyuwun sewu Kyaine, tu nde poin saja ya. Langsung wawancara saja. Menurut kontributor kami dengan sandi November Delta, artikel Belajar Membuat Koran di Padeblogan kemarin itu postingan ke 500 ya?

K : Ntar, klarifikasi dulu, ojo kesusu. Nama sampeyan Sumardiyanto, kan? Kok bisa-bisanya jadi wartawan? Bukankah sampeyan itu yang di bagian sirkulasi Koran Tjap Koepoe? read more

Pendhak Pindho mBah Wedok

Dalam khazanah tradisi Jawa terdapat upacara yang diperuntukkan bagi manusia sejak dalam kandungan hingga manusia itu meninggal, yang sering disebutĀ slametan/selamatan. Upacara slametan yang diperuntukkan bagi manusia yang belum lahir di antaranya pada kehamilan bulan ke tiga (neloni), kehamilan bulan ke empat (ngapati), dan kehamilan bulan ke tujuh (mitoni/tingkeban). Setelah manusia dilahirkan ke dunia, maka bentuk upacara yang diperuntukkan baginya, seperti kelahiran bayi (brokohan), lima hari (sepasaran), puput puser/tali pusar, tiga puluh lima hari (selapanan), tedhak siten (Pakde Cholik pernah menuliskan di sini), sunatan, perkawinan, dan ruwatan. Sedangkan upacara selamatan bagi manusia yang telah meninggal, yaitu saat meninggal dunia (geblak), hari ke tiga, hari ke tujuh, hari ke empat puluh, hari ke seratus (nyatus), satu tahun (pendhak pisan), dua tahun (pendhak pindho), dan tiga tahun/seribu hariĀ (pendhak katelu/nyewu). read more

Kelindan Bumi dan Pelangi


Semua bunga mawar, meski sisi luarnya kelihatan seperti duri,
itulah cahaya dari belukar terbakar, meski kelihatannya seperti api!
– Jalaluddin Rumi –

Ruangan itu benderang oleh nyala lampu yang tersebar di mana-mana, semerbak wewangian melati dan mawar yang menghiasi dinding. Pendaran lampu menambah syahdu suasana pagi. Semua mata menatap sepasang pengantin, Bumi dan Pelangi yang sedang menghadap sang penghulu.

Mereka semua terlihat khidmat. Wajah Bumi dihiasi senyum manis, Pelangi sungguh ayu dengan kain putih yang membalut tubuhnya. Sebentar lagi, prosesi akad nikah sepasang pengantin itu dimulai.

“Saya nikahkan anak perempuan saya, Pelangi putri Semesta kepadamu, Bumi, dengan mas kawin 13 gram perhiasan emas beserta 3 kuntum mawar merah”

Suara Bumi mengalun, serak memecah keheningan ruangan itu, “Saya terima menikah dengan Pelangi, putri Semesta dengan mas kawin sebagaimana tersebut.” read more