Cin, demikian panggilan sayangmu jika aku menyapamu. Sebagai ikatan cinta yang sudah terjalin demikian lama, aku sematkan sebuah cincin bermata berlian di jari manismu. Kalau nggak salah di jari kiri ya? **maab, aku lupa**
Dulu, ketika pedekate aku sempat heran dengan makanan kesukaanmu. Setiap hari kamu ajak aku makan siang di rumah makan Minang. Dan hanya itu-itu saja laukmu, daging cincang dan minuman kesukaanmu es cingkat (kelapa muda). Demi cintaku padamu, mana berani aku menegurmu supaya kamu kurangi makan di rumah makan Minang itu. Wong nyatanya, selalu kamu yang membayar makanan yang masuk ke perutku. read more