Nembus 500: Sebuah Wawancara

Dengan mengambil waktu yang tidak umum untuk sebuah wawancara, Sumardiyanto (S) – wartawan Koran Tjap Koepoe bertemu dengan Kyaine (K) di pendapa Padeblogan. Bayangkan, wawancara kok dilakukan jam 2 dini hari!

S : Nyuwun sewu Kyaine, tu nde poin saja ya. Langsung wawancara saja. Menurut kontributor kami dengan sandi November Delta, artikel Belajar Membuat Koran di Padeblogan kemarin itu postingan ke 500 ya?

K : Ntar, klarifikasi dulu, ojo kesusu. Nama sampeyan Sumardiyanto, kan? Kok bisa-bisanya jadi wartawan? Bukankah sampeyan itu yang di bagian sirkulasi Koran Tjap Koepoe?

S : Inggih Kyaine. Karena para wartawan dikirim ke bukit nan tinggi, jadi saya yang diutus untuk mewawancarai panjenengan. Sepakat, nggih?

K : Wis..wis.. Pak Mars ki karepe piye, bagian sirkulasi kok ditugaskan untuk wawancara sepenting ini. Apa pertanyaan sampeyan tadi? Oh iya, dari 500 artikel tersebut tidak semua hasil karya saya, beberapa di antaranya merupakan artikel tamu, kemudian ada juga artikel dari peserta Karnaval Blog.

S : Bagaimana cara Kyaine menggali ide atau gagasan sehingga bisa dibuat satu tulisan?

K : Sumber ide dan gagasan ada di mana-mana. Apa yang kita lihat bisa jadi bahan sebuah tulisan. Kalau tidak punya ingatan yang kuat, ide-ide dasar bisa ditulis, setelah cukup banyak tinggal menjahit menjadi sebuah tulisan. Sederhananya begitu.

S : Kalau rumitnya?

K : Tidak ada rumitnya, adanya yang lebih sederhana, yakni ada ide langsung tuliskan. Asal tulis saja dulu, nanti tinggal permak sana-sini. Bahasa yang kurang pas, diganti dengan yang enak dibaca. Kalimat terlalu muter-muter ya tinggal pangkas. Nanti lama-lama kita akan memahami rasa bahasa yang enak dan nikmat itu seperti apa. Ini kata Pak Andrias Harefa, seorang penulis yang membuat 30 buku best seller bahwa ide itu ibarat angin. Ia harus ditangkap dan diberi bingkai makna agar tidak menguap begitu saja. Jadi, saya sangatlah menghargai ide-ide saya.

S : Pengamatan saya selama ini, Kyaine nulis hal-hal yang tidak bermutu, remeh-temeh gitu deh!

K : Sampeyan tidak salah. Ada teman saya bilang begini. Saya menulis hal simpel terlihat penting sementara kalau orang lain biasanya berusaha menulis hal penting terlihat simpel. Kalau sampeyan amati tulisan-tulisan saya adakah yang membuat jidat berkerut? Paling sampeyan mringis toh? Kata teman saya yang satunya lagi: writing voice tulisan saya itu seger!

S : Kyaine bermahzab ke mana sih? Umar Kayam? Gus Mus?

K : Tulisan para beliau sangat menginspirasi saya. Tetapi saya berusaha tidak menjiplak gaya siapa pun. Apa yang saya suka, saya menuliskannya. Misalnya, kalau hati saya ingin berpuisi, maka jadilah postingan dalam bentuk puisi.

S : Bagaimana Kyaine menempatkan pembaca Padeblogan atau kalau lebih luas, para narablog?

K : Tanpa mereka apalah arti Padeblogan, tidak ada. Mereka yang menghidupkan tulisan-tulisan saya. Kadang saya sengaja memenggal sebuah kalimat bahkan alenia untuk memberikan ruang diskusi dengan pembaca saya. Selain itu, ada kebahagiaan tersendiri ketika tulisan saya direspon oleh narablog lain di postingannya.

S : Pernahkah memberikan penghargaan kepada narablog lain semacam gambar-gambar award?

K : Memang masih musim, gitu? Tidak..tidak… saya tidak akan memberikan gambar award atau meneruskannya ke narablog lain, saya kira itu akan merepotkan mereka. Kalau sampeyan cermati award saya kepada sahabat narablog adalah menampilkan nama dan blog mereka dalam artikel yang saya buat, seperti misalnya mereka saya jadikan tokoh dalam suatu artikel yang saya buat.

S : Contoh yang lain?

K : Saya kutip kalimat-kalimat ajaib mereka yang sangat mencerahkan pembaca. Sungguh, mereka narablog yang sangat hebat.

S : Termasuk bagi-bagi buku?

K : Persis. Saya ingin menularkan gemar membaca, syukur-syukur membaca menjadi suatu kebutuhan.

S : Banyak yang bilang Kyaine menganut paham narsisme akut?

K : Hmm.. kadangkala narsis itu diperlukan untuk aktualisasi diri. Kalau itu fakta yang penting untuk dibagi kepada pembaca, kenapa tidak? Kata pak NH sih, narsis yang elekhan. Sebentar saya ke dapur, dari tadi kok ngobrol saja. Mau kopi jahe?

S : Matur nuwun Kyaine.

Kyaine segera beranjak ke dapur untuk membuat dua cangkir kopi jahe. Sepuluh menit kemudian Kyaine datang membawa dua cangkir kopi di atas nampan. Betapa kagetnya Kyaine, ketika dilihat Sumardiyanto tergeletak di atas tikar. Nampan ditaruh, kemudian ia memeriksa kondisi si wartawan.

K : Asem tenan… malah ditinggal mendengkur!!!

S : (posisi tidur) Grrrrhhzzzhh… brrrrhhhghh…. slluuuuurrp….  cesssssssssssssss….

Anda bersedia menggantikan Sumardiyanto untuk melanjutkan wawancara dengan Kyaine?