Diplomasi untuk Mempertahankan Kemerdekaan RI

Telah saya sampaikan dalam artikel sebelumnya, bahwa pasca dikumandangkan Proklamasi Kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945, Belanda dan para sekutunya seakan tidak ikhlas atas kemerdekaan bangsa Indonesia. Upaya mempertahankan kemerdekaan, bangsa Indonesia melakukannya pertempuran dengan peperangan dan diplomasi.

Belanda dan sekutunya terus berusaha meredam kemerdekaan RI dengan jalan kekerasan yang berakhir dengan kegagalan. Bahkan Belanda mendapat kecaman keras dari dunia internasional. Untuk menyelesaikan masalah tersebut pihak Belanda dan Indonesia memilih cara diplomasi melalui perundingan Linggarjati, perjanjian Renville, perjanjian Roem-van Roijen, dan Konferensi Meja Bundar. read more

Pujangga Angkatan 45

Pada awal tahun 1949, Rosihan Anwar dalam sebuah tulisannya di majalah Siasat memberikan nama Angkatan 45 bagi para pengarang yang muncul pada tahun sekitar penjajahan Jepang, Proklamasi dan setelahnya. Di antara para pengarang tersebut yaitu Chairil Anwar, Asrul Sani, Idrus, Usmar Ismail dan sebagainya.

Pujangga Angkatan 45 merupakan angkatan setelah Pujangga Baru. Pelopor Angkatan 45 yang paling menonjol adalah Chairil Anwar, karena pada karya-karyanya ia telah membebaskan diri dari kaidah-kaidah tradisional dalam bersajak. Selain itu – ini yang penting, roh yang terkandung dalam sajak-sajaknya merupakan suatu pemberontakan (termasuk terhadap kezaliman penjajahan). read more

Pekik MERDEKA!!!

MERDEKA!!!

Hari ini sudah masuk bulan Agustus, bulan keramat bagi bangsa Indonesia. Pasalnya, di bulan ini tepatnya tanggal 17 Agustus 1945 bangsa Indonesia menyatakan kemerdekaannya. Ternyata, urusan memerdekakan bangsa tidak sesederhana itu, karena setelah itu terjadi beberapa pertempuran merebut kemerdekaan, baik pertempuran melalui perang atau diplomasi.

Padeblogan edisi Kemerdekaan RI kali ini akan diawali dengan menyajikan artikel salam khas bangsa Indonesia, sebuah pekik “Merdeka!” read more