Kisah ini dimulai dengan pertemuan dua sahabat, pada saat Kerajaan Pajang memasuki sandyakala. Arkian, Ki Ageng Pemanahan berkunjung ke rumah di Ki Ageng Giring pada suatu siang yang terik. Karena tuan rumah yang dicari tidak ada, Pemanahan langsung menuju dapur untuk mencari air minum. Di sana ia mendapati sebutir kelapa muda yang sudah terkupas namun air kelapanya masih utuh. Saking hausnya, ia tenggak hingga tandas.
Tak lama kemudian, Giring datang dan sangat terkejut melihat sahabatnya itu berada di dapurnya yang masih memegang kelapa muda miliknya.
“Kakang Pemanahan minum air kelapa itu?” suara Giring bergetar menahan geram bercampur sesal.
“Iya, dimas. Segar sekali. Bahkan aku minum sampai habis,” ujar Pemanahan sambil meletakkan kembali kelapa muda itu read more