Terpesona kecantikan Sinta

Sekuelnya Sarpakenaka Merayu Dua Lelaki

Pada waktu Sarpakenaka tiba di paviliun Rahwana, lelaki raksasa itu tengah membersihkan cureg di telinganya dengan bulu burung onta. Matanya merem-melek keenakan oleh kilikan ujung bulu yang mengenai lapisan tipis gendang telinganya.

“Mas Rahwana! Di luar sana ada dua ksatria yang akan mengobrak-abrik istana Alengka. Lihat luka di hidungku ini, mereka telah mengirisnya. Cepatlah bunuh mereka, sebelum mereka masuk ke istanamu!”

Rahwana yang tengah santai tersebut terkejut oleh suara nyaring Sarpakenaka dengan darah kental yang memboreh wajah adiknya itu. Serta merta ia bangkit dan menelisik lebih dalam lagi kalimat yang muncul dari mulut Sarpakenaka. read more

Sarpakenaka merayu dua lelaki

Tersebutlah kisah perjalanan Rama dan Sinta, yang ditemani oleh Laksmana, adik Rama. Mereka tiba di sebuah hutan yang masih perawan. Karena telah menempuh perjalanan yang sangat panjang, mereka bermaksud beristirahat di hutan tersebut.

Setelah Rama dan Laksmana mendirikan tenda, mereka meninggalkan Sinta sendirian di dalam tenda sebab mereka ingin mencari makanan untuk mengisi perut mereka. Sebelum pergi, Rama membuat sebuah garis yang mengelilingi sekitar tenda dan berpesan kepada Sinta supaya jangan melewati batas tersebut.

Dalam pencarian makanan di hutan itu, Rama dan Laksmana terpisah agak jauh. Lesmana diminta oleh Rama untuk mencari air minum. read more

Pernah aku mencoba untuk sembunyi, namun senyummu tetap mengikuti

Biar tersambung, silakan baca dulu artikel: Di hati ini hanya engkau mantan terindah.

Arjuna terdiam beberapa saat. Ia mencoba mengunyah kata-kata yang keluar dari mulut kekasihnya itu.

“Kenapa diam Jun, kamu tak sanggup kah?”

“Eh, bukan. Tapi… “

Kok, grogi Jun. Itu bukan sifat aslimu. Arjuna yang aku kenal adalah lelaki tangguh dan jantan, siap mewujudkan semua permintaan kekasih yang sangat disayanginya.”

“Tapi, bukankah Siti Sundari itu kekasihnya Abimanyu, anakku juga?”

“Iya. Lesmana juga anak kandungmu, bukan? Hampir dua puluh lima tahun kamu tak pernah menyentuh apalagi merawat buah cinta kita itu. Sekarang saatnya kamu menunjukkan kasih sayangmu sebagai seorang ayah!”

Kepala Arjuna ngelu. Permintaan Banowati kali ini sulit ia laksanakan. read more