Terpesona kecantikan Sinta

Sekuelnya Sarpakenaka Merayu Dua Lelaki

Pada waktu Sarpakenaka tiba di paviliun Rahwana, lelaki raksasa itu tengah membersihkan cureg di telinganya dengan bulu burung onta. Matanya merem-melek keenakan oleh kilikan ujung bulu yang mengenai lapisan tipis gendang telinganya.

“Mas Rahwana! Di luar sana ada dua ksatria yang akan mengobrak-abrik istana Alengka. Lihat luka di hidungku ini, mereka telah mengirisnya. Cepatlah bunuh mereka, sebelum mereka masuk ke istanamu!”

Rahwana yang tengah santai tersebut terkejut oleh suara nyaring Sarpakenaka dengan darah kental yang memboreh wajah adiknya itu. Serta merta ia bangkit dan menelisik lebih dalam lagi kalimat yang muncul dari mulut Sarpakenaka.

“Hah! Ksatria mana yang berani melawan Rahwana yang perkasa!”

Sarpakenaka pun mengarang cerita. Ia bertempur melawan dua ksatria muda yang ingin membunuh Rahwana. Karena ia bertempur sendiri dan kalah, maka ia kewalahan lalu disandera oleh Rama. Ia diminta kembali ke istana dan melapor ke Rahwana tentang kedatangan Rama, dengan tidak lupa memotong ujung hidung sebagai simbol perlawanan kepada Rahwana sang Raja Alengka.

Rahwana seketika muntab. Ia panggil para prajurit pengawal raja untuk membekuk Rama dan Laksmana dan membawa ke hadapannya. Menyaksikan kemarahan Rahwana, Sarpakenaka bersorak dalam hatinya.

***

Sepuluh prajurit terbaik pengawal raja segera mencari Rama dan Laksmana. Karena sangat mengenal wilayah hutan yang menjadi milik mereka, tak sulit menemukan keberadaan kedua ksatria dari Kerajaan Ayodya tersebut.

Terjadi pertempuran sengit. Sembilan prajurit tergeletak bersimbah darah, sedang satu prajurit berlari menyelamatkan diri untuk melaporkan kepada Rahwana. Arena pertempuran ternyata telah menjauhi tempat mereka pertama kali mendirikan tenda, di mana saat ini Sinta was-was bukan kepalang karena telah lama ditinggalkan oleh suami dan adik iparnya.

Sudah bisa ditebak, betapa murka Rahwana mendapati para prajuritnya tumbang di tangan ksatria yang tak dikenalnya. Raksasa berwajah tampan itu pun segera turun tangan sendiri. Hanya satu tekad di hatinya: membunuh Rama dan Laksmana.

Jalan yang ditempuh Rahwana tidak sama dengan jejak para prajuritnya. Ia berjalan memutar dengan tujuan menjebak Rama dan Laksmana. Rahwana mengendap hati-hati ketika ia melihat sebuah tenda yang didirikan di wilayah hutan miliknya. Jangan-jangan dua orang yang tengah dicarinya itu ada di sana.

Hmm… bukan dua orang laki-laki yang dilihatnya, tetapi sesosok perempuan cantik yang tengah duduk merenung di depan tenda. Rahwana terpanah asmara, tepat di jantungnya.

Terpesona.

Aku harus mendapatkan perempuan itu. Jangan-jangan ini jawaban atas doa-doaku yang memohon seorang perempuan untuk menjadi permaisuriku. Rahwana bereka-wicara.