Petruk mantu [1]

Untuk urusan cinta, nasib Lesmana memang sial melulu. Putra mahkota Prabu Duryodana yang mempunyai keterbelakangan mental itu, setiap kali mengajukan proposal cintanya selalu mental. Dengan Dewi Titisari – anak Kresna gagal total, sebab ia kalah balapan lari mengelilingi alun-alun dengan perempuan cantik itu. Cinta keduanya dengan Pregiwa, tetapi ia kalah gesit dengan Gatotkaca. Terakhir, Lesmana naksir Siti Sundari yang siang-malamnya disibuki dengan kegelisahan untuk bisa segera melamar putri dari Kerajaan Jalatunda itu, namun lagi-lagi gagal total. Siti Sundari lebih memilih bersuamikan Abimanyu, anak Arjuna dengan Dewi Sembadra.

Lesmana pantang menyerah untuk urusan cinta. Masih banyak gadis di negeri pewayangan, mungkin salah satunya kelak menjadi istrinya. Ia pun menemui seorang pertapa yang wastika. Tanpa basa-basi ia bertanya siapakah gerangan perempuan yang akan menjadi istrinya. Pertapa itu menyarankan kepada Lesmana supaya merantau ke kerajaan yang bernama Trancanggribig. read more

Mati ketawa cara Niwatakawaca [3]

Lanjutan dari Bagian [2]

Perlu waktu lima detik bagi Niwatakawaca mencerna cerita bidadari depresi yang dituturkan Supraba. Bahkan bagi Supraba, menunggu sedetik berasa setahun. Mengapa Niwatakawaca tidak spontan tertawa, apakah humor yang ia lontarkan kurang lucu?

Sejurus kemudian terdengar gelegak suara dari mulut Niwatakawaca.

“Huahahaha…. hahaha… hahaha… hi…hi…hi… ceritamu lucu banget Nduk. Xixixi…. jadi…jadi…. semua bidadari masih stres ya… wkwkwkwk…,” Raja Manikmantaka itu tak kuasa mengendalikan syaraf ketawanya.

Ia bahkan berguling-guling di karpet. Ia terlentang sambil kakinya menendang ke sana ke mari, mirip bayi yang digoda oleh ibunya. Kelakukan Niwatakawaca membuat heboh seluruh keraton. Para keluarga dan punggawa istana baru pertama kali menyaksikan raja junjungan mereka tertawa. Selama ini yang mereka lihat hanya senyuman belaka.

Supraba bingung. Di mana Arjuna? Ini saat bagi Arjuna membidikkan panah Pasopati ke langit-langit mulut Niwatakawaca.  read more

Gajah Mada: segala sesuatu itu indah pada waktu-Nya

Judul buku: Erstwhile Persekutuan Sang Waktu • Penulis: Joseph Rio Jovian Haminoto • Penerbit: Gramata Publishing, 2015 • Tebal: 460 halaman

Rasa bahasa novel Erstwhile ini berasa makan Selat Solo, sebuah makanan khas Kota Solo yang konon tercipta karena olah rasa perpaduan antara lidah orang Belanda dan Keraton Surakarta Hadiningrat. Demikian dengan novel ini, ada citarasa bule di sana.

Syahdan, Picaro Donevante seorang warga kota Paris terinspirasi perjalanan Marcopolo ke Negeri Timur. Ia pun melakukan perjalanan bersama para sahabat yang ditemuinya di sepanjang perjalanannya. Tak diduga, Picaro berkelana hingga masuk ke wilayah Kerajaan Sriwijaya dan melanjutkan perjalanan hingga ke Majapahit! read more