Petruk mantu [7]

Sementara itu di alun-alun Amarta sedang dipersiapkan pasukan untuk menghadang kedatangan pasukan Kerajaan Trancanggribig yang dikabarkan akan menyerang Kerajaan Amarta. Kepala pasukan masing-masing kompi mempersiapkan para prajuritnya. Mereka segera berkelompok menurut pasukannya, yakni pasukan jalan kaki, pasukan berkuda, pasukan pemanah dan pasukan gajah.

Siapa pun yang menyaksikan gelaran masukan Amarta tersebut akan bergidik hatinya, inikah perang pemanasan sebelum pecahnya perang Bharatayuda? Tetapi apel siaga para prajurit Kerajaan Amarta segera dibubarkan oleh Yudhistira atas perintah Bathara Kresna. Sia-sia saja mengerahkan ribuan prajurit, toh akan kalah juga.

***

Kabar tentang rencana peperangan kedua negeri ini telah menyebar ke mana-mana, tak terkecuali terdengar pula oleh Prabu Petruk. Kepala telik sandi Loji Tenggara segera menghadap Prabu Petruk yang baru saja mengadakan kegiatan blusukan.

Sebagai kepala telik sandi yang masih kinyis-kinyis, ia ingin menunjukkan kemampuan dalam olah-warta di dunia keteliksandian di hadapan Prabu Petruk. Beberapa hari yang lalu ia telah lolos fit and proper test di muka para anggota dewan rakyat Loji Tenggara.  read more

Petruk mantu [6]

Suasana di balairung istana Amarta tegang. Yudhistira yang biasanya sabar, wajahnya berwarna kesumba, tanda menahan amarah. Werkudara alias Bima yang biasanya mudah tersulut emosi kali ini bingung melihat sikap kakaknya itu. Tentu saja bingung, wong Bima ndak tahu ada masalah apa sehingga ia dipanggil supaya berkumpul di balairung.

Di tangan kanan Yudhistira tergenggam secarik kertas. Bima belum berani membuka pembicaraan, sebab Yudhistira bilang akan memulai rapat setelah anggota Pandawa lengkap. Mereka menunggu kedatangan Arjuna.

“Akhirnya kamu datang juga, Jun. Istrimu masih ngambek?” tanya Bima ketika melihat Arjuna memasuki balairung.

“Marah perkara apa lagi?” Yudhistira ikut nimbrung bertanya.

Belum sempat Arjuna menjawab pertanyaan-pertanyaan kakaknya, Yudhistira berbicara lagi. read more

Petruk mantu [5]

Penampilan Gareng sekarang seperti raja betulan. Tapi ia belum menyadari apa yang terjadi sampai datangnya segerombolan prajurit kerajaan yang tiba-tiba menghaturkan sembah kepadanya.

“Akhirnya kami menemukan Paduka Raja Pandupergola di sini. Saya dan para prajurit semingguan ini mengelilingi kerajaan untuk mencari keberadaan Paduka,” kata pimpinan prajurit kepada Gareng.

Loh… sebentar. Kalian ini siapa, kok tiba-tiba menghaturkan sembah kepadaku? Aku tidak mengenal kalian!” ujar Gareng kebingungan.

“Paduka mbok jangan guyonan gitu dong. Saya patih Kerajaan Trancanggribig yang Paduka pimpin. Mari kita pulang ke keraton, kerabat istana telah merindukan Paduka,” ajak Patih Kerajaan, ramah. read more