Petruk mantu [5]

Penampilan Gareng sekarang seperti raja betulan. Tapi ia belum menyadari apa yang terjadi sampai datangnya segerombolan prajurit kerajaan yang tiba-tiba menghaturkan sembah kepadanya.

“Akhirnya kami menemukan Paduka Raja Pandupergola di sini. Saya dan para prajurit semingguan ini mengelilingi kerajaan untuk mencari keberadaan Paduka,” kata pimpinan prajurit kepada Gareng.

Loh… sebentar. Kalian ini siapa, kok tiba-tiba menghaturkan sembah kepadaku? Aku tidak mengenal kalian!” ujar Gareng kebingungan.

“Paduka mbok jangan guyonan gitu dong. Saya patih Kerajaan Trancanggribig yang Paduka pimpin. Mari kita pulang ke keraton, kerabat istana telah merindukan Paduka,” ajak Patih Kerajaan, ramah.

Gareng telah menguasai keadaan. Ia kini sadar bahwa keberuntungan tengah berpihak kepadanya. Jika dalam beberapa menit lalu ia hanya seorang rakyat kecil, kini menjelma menjadi seorang raja hanya karena kebetulan mengenakan pakaian kebesaran raja yang ia temukan di pinggir sungai.

Ibarat nasib kere munggah bale, Gareng tetap tak melupakan keluarganya. Sebelum kembali ke istana, ia mampir dulu ke rumahnya yang sederhana untuk menjemput istri dan anak semata wayangnya, Nalawati.

Demikianlah, nama Gareng menjadi tenggelam tergantikan dengan nama Prabu Pandupergola, raja Kerajaan Trancanggribig. Kehidupan Gareng berubah total, kalau dulu ia melayani para majikannya sekarang ia menjadi majikan semajikan-majikannya. Meski demikian, Gareng tetap menjadi orang yang rendah hati.

Lalu, ke mana Prabu Pandupergola yang asli berada? Raja Trancanggribig tersebut sedang bertapa-telanjang di seberang sungai tempat di mana Gareng menemukan seperangkat pakaian kebesaran milik Pandupergola.

Suatu hari keluar keisengan Gareng. Ia ingin memberi pelajaran pada Arjuna yang tempo hari mendorongnya hingga masuk ke sungai. Apa yang akan dilakukan oleh Prabu Gareng tak tanggung-tanggung: ia ingin menyerang Kerajaan Amarta yang dipimpin oleh para Pandawa. Prabu Gareng alias Prabu Pandupergola palsu itu segera menyusun siasat dan mengirimkan utusan ke Amarta yang mengabarkan akan adanya invasi oleh Trancanggribig.

***

Sebulan berlalu sejak kepergian Arjuna mencari emas bersisik permata. Sembadra gemas betul sebab menunggu dengan rasa gelisah: jangan-jangan Arjuna mampir dulu di istrinya yang lain.

Kepulangan Arjuna ke Kerajaan Amarta disambut muka cemberut Sembadra. Arjuna gagal membawakan ikan emas bersisik permata.

“Semua gara-gara Gareng, Jeng!” kilah Arjuna.

“Mas Jun jangan menyalahkan orang lain. Memang yang menjadi suamiku itu Gareng?” cetus Sembadra.

Percakapan mereka hanya sampai di situ saja sebab terpotong oleh kedatangan punggawa istana yang memberitahukan kalau Arjuna ditunggu di balairung istana oleh kakak dan adiknya. Arjuna bergegas menuju balairung. Ia sengaja menghindari omelan Sembadra yang belum tuntas disemprotkan ke Arjuna.

bersambung ke Bagian 6