Petruk mantu [1]

Untuk urusan cinta, nasib Lesmana memang sial melulu. Putra mahkota Prabu Duryodana yang mempunyai keterbelakangan mental itu, setiap kali mengajukan proposal cintanya selalu mental. Dengan Dewi Titisari – anak Kresna gagal total, sebab ia kalah balapan lari mengelilingi alun-alun dengan perempuan cantik itu. Cinta keduanya dengan Pregiwa, tetapi ia kalah gesit dengan Gatotkaca. Terakhir, Lesmana naksir Siti Sundari yang siang-malamnya disibuki dengan kegelisahan untuk bisa segera melamar putri dari Kerajaan Jalatunda itu, namun lagi-lagi gagal total. Siti Sundari lebih memilih bersuamikan Abimanyu, anak Arjuna dengan Dewi Sembadra.

Lesmana pantang menyerah untuk urusan cinta. Masih banyak gadis di negeri pewayangan, mungkin salah satunya kelak menjadi istrinya. Ia pun menemui seorang pertapa yang wastika. Tanpa basa-basi ia bertanya siapakah gerangan perempuan yang akan menjadi istrinya. Pertapa itu menyarankan kepada Lesmana supaya merantau ke kerajaan yang bernama Trancanggribig.

Lesmana pun tak menyia-nyiakan waktu untuk segera menuju Trancanggribig, sebuah negeri yang belum pernah ia kenal. Karena merasa sebagai bangsawan negara besar, Lesmana akan langsung menemui Prabu Pandupragola, Raja Trancanggribig. Memang sudah nasib baiknya, ketika bertemu dengan Prabu Pandupragola, muncul sosok perempuan semlohai yang tak lain anak gadis Raja Trancanggribig sendiri.

Lesmana terpesona pada pandangan pertama.

“Bolehkah putri Baginda saya ambil sebagai istri?” pinta Lesmana, langsung.

“Sebelum kamu getun dengan pilihanmu, coba pikir ulang keinginanmu,” kata Prabu Pandupragola.

Lesmana menatap wajah Pandupragola, untuk memastikan bahasa tubuh lelaki di hadapannya itu. Inikah penolakan secara halus padaku? Lesmana bereka-wicara.

Lesmana belum sempurna mengamati mimik wajah Pandupragola, raja Trancanggribig itu pun memanggil anak gadisnya.

“Nalawati, kamu ke sini Nduk!” panggil Pandupragola.

“Apa apa, Pak?” tanya Nalawati.

“Huss… bolak-balik sudah aku bilang. Jangan panggil aku dengan panggilan pak, mbok romo gitu loh. Aku ini raja!” bentak Pandupragola.

“Kan biasanya juga dipanggil dengan sebutan pak, sampeyan nggak marah. Ada apa ini?” kata Nalawati ketus.

Lesmana mengamati itu semua. Dan ia sangat suka akan sikap egaliter di lingkungan keraton milik Prabu Pandupragola, beda dengan adat-istiadat di Keraton Hastinapura tempat tinggalnya.

“Lelaki di hadapanku ini ingin menjadikan kamu sebagai istrinya,” ujar Pandupragola.

Nalawati bukannya terkejut tetapi malah tertawa ngakak. Lesmana bingung dan tersinggung, merasa dilecehkan.

“Lelaki gemulai seperti ini bukan tipeku, Pak! Lagi pula aku sudah punya pacar, minggu depan katanya mau melamarku,” kata Nalawati sambil menatap tajam ke arah Lesmana.

Dunia berasa gelap bagi mata Lesmana. Lagi-lagi cintanya kandas sebelum dijalani. Tanpa pamit Lesmana berlari membawa kecewa.

Semua berlalu begitu saja.

“Pacarmu siapa, Nduk? Anak raja juga seperti bapak ini kah?” Pandupragola penasaran.

“Namanya Lengkung Kusuma. Bapak kenal kan?” pancing Nalawati.

“Lengkung Kusuma anaknya Petruk?” Pandupragola bertanya dengan mata melotot.

bersambung ke Bagian 2