Kebaikan dan keberuntungan

Kamis Wage, 17 Nopember 2011

Untuk tujuan mencopy data dari sebuah instansi pemerintah saya membawa flashdisk yang hanya saya masukkan dalam saku celana bagian depan. Setidaknya, hari ini saya mendatangi 3 (tiga) tempat yang berbeda untuk urusan perizinan yang sama.

Sesampai di kantor ketika akan memindahkan data yang saya dapatkan dari instansi pemerintah tersebut, saya sadari kalau flashdisk tidak ada di saku celana saya. Kabin Kyai SX4 saya obok-obok, siapa tahu jatuh di sana. Tak ada. Saya menelepon ke instansi 1, 2 dan 3 jawabannya tak melihat ada flashdisk tertinggal di sana. Kehilangan barang jarang saya sesali. Ya sudah. Mungkin memang bukan milik dan rejeki saya atawa kehilangan barang adalah ganjaran yang mesti saya terima karena saya lalai bersedekah. Kalau lupa bagaimana? Mungkin saja saya lupa meletakkan di mana. Maklum, sampun sepuh.

Selepas asar saya menerima email dari travel langganan: e-ticket penerbangan Solo-Jakarta PP, untuk Bu’e yang akan ke Karawang tanggal 24 Nopember 2011. Bu’e bermaksud menghadiri syukuran pernikahan anak dari keponakannya yang akan dilaksanakan tanggal 26 Nopember 2011. Bu’e sudah kadung janji kepadanya untuk hadir di acara tersebut. Saya sih mendukung saja. read more

Akhirnya Gino pun bisa berkurban

Pagi tadi wajah Gino berseri-seri. Dari ujung pintu sepertinya ia sudah menunggu kedatangan saya. Sebagai seorang OB, pagi hari seperti itu mestinya ia tengah sibuk-sibuknya mempersiapan minuman semua karyawan.

“Selamat pagi pak, maaf pagi-pagi begini sudah menghadap,” kata Gino sambil ngapurancang.

“Ada apa, No? Kok raimu sumringah, kabar baik?” tanya saya.

Inggih pak. Saya mau ngabari kalau eh… insya Allah Idul Adha bulan depan saya bisa ikut kurban. Seneng sekali saya pak, seumur-umur baru bisa melaksanakan kurban,” jawabnya dengan nada gembira.

“Sapi, No?” goda saya.

Nggih mboten, wedhus gembel, Pak. Untung tahun lalu saya ngikuti petunjuk Bapak!” jawab Gino, mlengeh.

~oOo~

Tahun lalu, selepas shalat berjamaah maghrib Gino pernah mengutarakan niatnya untuk bisa melaksanakan kurban. Ia minta pendapat saya. Lalu dengan bantuan corat-coret di atas kertas saya menjelaskan bahwa untuk melaksanakan kurban bisa direncanakan setahun sebelumnya.

Taruhlah harga domba berkisar Rp 1.000.000-an. Tahun depan, direncanakan beli domba kira-kira dua minggu sebelum Idul Adha. Jadi, Gino punya waktu sekitar 340 hari untuk mengumpulkan uang sebesar Rp 1.000.000.

“Apa saya bisa mengumpulkan uang sejuta pak?” tanya Gino waktu itu.

“Kamu sudah punya niat yang baik. Gusti Allah akan membantumu. Insya Allah,” kata saya.

Pripun caranya pak?” tanyanya lagi. read more

Pamitan haji

Karena syaratnya haji adalah kemampuan. Maka uang yang dipakai untuk haji akan diaudit di perjalanan: uang bersih meringankan, uang tak jelas memberatkan.
~Yaya~

Sekarang lagi musim haji. Calon jamaah haji (Calhaj) Indonesia sejak awal Oktober 2011 lalu mulai diberangkatkan ke Tanah Haram. Salah satu ritual bdaya yang dilakukan oleh Calhaj sebelum berangkat ke Tanah Haram adalah melaksanakan acara pamitan pergi haji yang sering dikemas dengan sebutan “walimatussafar al haj”.

Saya tak hendak memperdebatkan apakah ritual semacam ini termasuk perbuatan bidah atawa bukan. Dari beberapa acara yang pernah saya datangi memang ada bermacam tata-urutan, tetapi intinya sih, Calhaj tersebut ingin bersilaturahim dengan sanak-kadang dan para tetangga. Silaturahim sambil mengabarkan kalau mereka akan melaksanakan ibadah haji berpuluh-puluh hari, lalu berpamitan sembari memohon maaf diiringi derai air mata. read more