Pamitan haji

Karena syaratnya haji adalah kemampuan. Maka uang yang dipakai untuk haji akan diaudit di perjalanan: uang bersih meringankan, uang tak jelas memberatkan.
~Yaya~

Sekarang lagi musim haji. Calon jamaah haji (Calhaj) Indonesia sejak awal Oktober 2011 lalu mulai diberangkatkan ke Tanah Haram. Salah satu ritual bdaya yang dilakukan oleh Calhaj sebelum berangkat ke Tanah Haram adalah melaksanakan acara pamitan pergi haji yang sering dikemas dengan sebutan “walimatussafar al haj”.

Saya tak hendak memperdebatkan apakah ritual semacam ini termasuk perbuatan bidah atawa bukan. Dari beberapa acara yang pernah saya datangi memang ada bermacam tata-urutan, tetapi intinya sih, Calhaj tersebut ingin bersilaturahim dengan sanak-kadang dan para tetangga. Silaturahim sambil mengabarkan kalau mereka akan melaksanakan ibadah haji berpuluh-puluh hari, lalu berpamitan sembari memohon maaf diiringi derai air mata.

Ada yang unik dalam acara pamitan tersebut. Calhaj – ada yang menyampaikan sendiri, ada juga yang mewakilkan kepada kerabat yang dituakan. Mayoritas dari Calhaj, dalam berpamitan seolah-olah tidak akan kembali ke tanah air. Mereka – dengan bahasa yang hiperbola – menitipkan harta benda dan keluarga kepada para tetangganya. Terkesan ibadah haji yang akan dilakukan itu berat sekali dan terpaksa harus mengikhlaskan diri jika sewaktu-waktu meninggal di sana.

“Memang sampeyan siap mati di Mekkah?” tanya Pak Mubaligh kepada Calhaj yang berpamitan itu.
“Ehhh…,” sang Calhaj kelu.
“Memang sampeyan paham bahasa arab?” tanya Pak Mubaligh lagi.
Mboten, Pak Kyai!” jawabnya.
“Nah, kalau nggak bisa berbahasa arab, jangan mati di sana. Nanti ketika malaikat kubur bertanya pakai bahasa arab, sampeyan blekak-blekuk bingung menjawab apa. Pripun?” kelakar Pak Mubaligh.

Dan memang Pak Mubaligh melanjutkan ceramahnya. Jamaah haji mesti menjaga kesehatan lahir dan batinnya. Kalau takdirnya memang meninggal di sana, nggih sampun, mudah-mudahan dalam keadaan khusnul khatimah.

Kalau hati dan harta yang digunakan untuk haji itu bersih, ibadah haji itu mengasyikan kok. Nanti, ketika kembali ke tanah air ini ke-mabrur-an hajinya bisa ditularkan kepada tetangga kanan-kiri yang dipamitinya dulu.