Surat anak gadis kepada ibunya

Ibu yang baik, kalau semester kemarin aku mengabarkan senang dengan perkuliahanku sebenarnya sebaliknya yang aku rasakan. Uh, aku merasa sangat bosan dengan kehidupanku di kosan maupun di kampus. Apalagi uang kiriman ibu habis sudah. Aku pun mencuri uang teman satu kosan dan meminjam sepeda motornya untuk mencari hiburan. Di perjalanan motorku oleng dan menabrak tiang listrik, tak jauh dari kampus. Motor rusak parah sementara kaki terkilir dan tanganku luka di beberapa bagian.

Untunglah pada saat itu lewat seorang mahasiswa kedokteran yang kebetulan tinggal tak jauh dari TKP. Aku dibawa ke tempat tinggalnya. Ia merawatku hingga aku benar-benar sembuh. Selama perawatan aku tinggal bersamanya. Ibu, aku sangat berutang budi padanya.

Ibu, simpan dulu bagian cerita yang ini ya: aku akan menikah dengan mahasiswa itu secepatnya, karena berdasarkan pemeriksaan darah yang aku lakukan di sebuah lab, aku ternyata mengindap suatu penyakit. Rencananya, kami akan menikah sebelum bayi yang ada di kandunganku ini lahir. Setelah itu aku akan segera pulang untuk tinggal bersama ayah dan ibu.

Tapi, aku sangat takut ayah pasti akan sangat marah dengan keadaan ini.

Saat ini aku membutuhkan ibu berada di sampingku. Bagaimana ini, bu?

[Saya tuliskan kembali secara bebas dari sebuah sesi pelatihan]