Demo dan Judi Buntut

Setiap hari Senin pukul 09.00 teng, RM Ario Trengginas mengadakan meeting koordinasi di lingkungan divisinya. Lengkap tidak lengkap peserta meeting, RM Ario Trengginas akan memulainya. Ia sangat menghargai orang yang tepat waktu. Kalau meeting dimulai menunggu semua berkumpul, kasihan yang disiplin, keenakan yang datang lelet. Meskipun demikian, ada saja peserta yang datang terlambat.

Kali ini yang datang terlambat Bang Entarajé. Ini bukan nama sebenarnya, karena ia suka menunda pekerjaan maka dijuluki seperti itu – nanti saja. Selesai meeting RM Ario Trengginas bertanya kepada Bang Entarajé, apa yang menyebabkan ia terlambat datang ke kantor.

“Wuah… ada demo besar-besaran Denmas. Pendemo menutup tol, je!” jawab Bang Entarajé berapi-api.

Loh, bukannya demo terjadi hari Jumat yang lalu? Yang ditutup tol mana, Bang?” tanya RM Ario Trengginas. read more

Din

Tokoh kita ini bernama Nazarudin Nasrudin Hoja,  seorang sufi yang pernah hidup di kawasan Turki pada masa kekhalifahan Islam hingga penaklukan Bangsa Mongol. Pada waktu kecil, Nasrudin selalu membuat ulah yang menarik perhatian teman-temannya, sehingga ia dan teman-temannya sering melalaikan pelajaran sekolah. Seorang guru yang bijak pun bernubuwat: “Kelak, ketika kamu sudah dewasa, kamu akan menjadi orang yang bijak. Tetapi, sebijak apa pun kata-katamu, orang-orang akan menertawaimu.” Ya, Nasrudin Hoja adalah tokoh kocak pada kisah-kisah sufistik yang terkenal di seluruh dunia, terutama di negara-negara berpenduduk Muslim. Meskipun demikian, tak ada seorang pun yang mengetahui secara persis siapa Nasrudin Hoja, di mana ia tinggal atawa di tahun berapa ia hidup. Nasrudin digambarkan sebagai sosok yang tidak bisa ditempeli satu macam karakter tertentu. Setiap kisah selalu menampilakannya dalam kondisi yang berbeda-beda sebagai sosok yang multikarakter dan seakan tidak berzaman. Di Indonesia, kemasyhuran Nasrudin Hoja hampir tidak kalah dengan Abu Nawas. Kedua tokoh ini mempunyai kesamaan, yaitu digambarkan memiliki kecerdikan da rasa humor yang tinggi, juga mengandung kritik sosial yang sangat pas pada segala zaman. Berikut salah satu contohnya: read more

Mari ber-Pancasila (kembali)

Kawan, ucapkan happy b’day kepada Pancasila kita di 1 Juni 2011, pas di Rebo Kliwon ini [tapi weton Pancasila yang 1 Juni 1945 jatuh di Jemuah Wage]. Kemudian, kita mulai mengamalkan nilai-nilai luhur Pancasila secara murni dan konsekuen dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

PANCASILA

  1. Ketuhanan Yang Maha Esa
  2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
  3. Persatuan Indonesia
  4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan / Perwakilan
  5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Masih ingat kan?