Akhirnya aku memberanikan diri menghadap Prabu Jayabaya untuk mengutarakan isi fikiran yang mampat di otakku. Tak biasanya aku segrogi ini memasuki halaman istana Kediri.
“Sudah sampai di mana kepenulisanmu, Mpu?” Prabu Jayabaya bertanya kepadaku tentang wiracarita Mahabharata yang sedang aku tulis. Ia memberi proyek kepadaku untuk menerjemahkan naskah Mahabharata yang berasal dari Negeri Hindustan ke dalam bahasa Kawi.
“Seharusnya sudah masuk ke bab Salya dan istrinya, Setyawati. Untuk itulah aku menghadap kepadamu untuk minta izin menulis bab tersebut di istana ini,” ucapku kepada Raja Kediri. “Dengan didampingi oleh permaisurimu, Prabarini.” read more