Kyai Sala dan mayat Raden Pabelan

Dongeng di bawah ini merupakan kelanjutan Cinta Playboy Berakhir Tragis.

Sultan Hadiwijaya menghela nafas panjang, ia telah puas telah membunuh lelaki yang menodai anak gadisnya. Ia cabut kerisnya dari tubuh Raden Pabelan, maka darah segar mengalir dari dada anak lelaki Tumenggung Mayang itu.

Para prajurit yang berada di sekitar istana keputren berdiri kaku menyaksikan junjungan mereka membunuh kekasih sekar kedaton. Mereka terkejut ketika Sultan memberikan titah.

“Buang mayat Pabelan ini ke Bengawan dan panggil Tumenggung Mayang untuk menghadapku!” read more

Batu Ratapan Angin

Pada zaman dahulu, di P. Jawa bagian tengah terdapat sebuah kerajaan kecil yang dipimpin oleh seorang raja muda bernama Pangeran Tejomantri. Ia mempunyai seorang permaisuri yang sangat disayanginya yakni Puteri Maruti. Perkawinan mereka sangat harmonis sehingga menjadi teladan rakyatnya.

Arkian, di sebelah tenggara kerajaan, ada telaga yang airnya berwarna-warni, sangat memesona siapa pun yang memandangnya. Uniknya, telaga tersebut terletak di ketinggian pegunungan sehingga untuk mencapai ke sana harus dilakukan dengan berkuda. Pangeran Tejomantri dan Puteri Maruti senang sekali berkunjung ke sana. read more

Menjadi duta nego #4

Ada rasa kagum yang luar biasa ketika saya dan rombongan memasuki area Istana Gu Gong, tempat tinggal Kaisar Cheng Tsu. Kekaguman saya bercampur kegumunan setelah menyaksikan betapa megah dan indahnya Istana Gu Gong.

Saya dijadwalkan bertemu Kaisar Cheng Tsu, esok harinya. Saya dan rombongan dijamu dengan sewajarnya sebagaimana penerimaan tamu kenegaraan. Setara, meskipun Majapahit mempunyai kesalahan fatal terhadap pemerintahan Kaisar Cheng Tsu.

“Saya utusan Prabu Wikramawardhana raja Majapahit menghaturkan salam sejahtera bagi Kaisar dan seluruh rakyat Tiongkok.”

Saya membuka percakapan. Kaisar Cheng Tsu mengangguk pelan. Kembali saya berkata dengan sangat hati-hati.

“Kami sangat menyesalkan insiden penyerangan terhadap awak kapal Laksamana Cheng Ho, sebab kami mengira armada kapal Laksamana Cheng Ho akan membantu pihak pemberontak yang tengah kami tumpas. Maaf, rupanya kami keliru. Kedatangan Laksamana Cheng Ho ke bumi Nusantara bukan membawa misi peperangan tetapi misi kebudayaan dan perdagangan.” read more