Pelaut Tua itu masih berlayar

Seminggu ke depan aktivitas saya mengikuti Diklat Ahli Kepelabuhan Indonesia, bertempat di sebuah hotel yang tak jauh dari Istana Negara. Diklat ini diadakan oleh Kementerian Perhubungan RI dan PKSPL IPB, diikuti 40-an peserta dari seluruh Indonesia.

***

Pelajaran IPS zaman sekolah dulu masih terngiang di benak saya. Letak geografis Indonesia sangat strategis, yakni berada di antara dua benua yakni Asia dan Australia serta di antara dua samudera yakni Atlantik dan Hindia. Luas wilayah Indonesia 2/3 di antaranya berupa lautan. Waktu itu pengetahuan tentang kelautan saya hanya sebatas itu saja.

“Tak hanya sebatas itu, mas!” kata Pelaut Tua mengejutkan saya yang tengah berkonsentasi mengikuti paparan dari pengajar. read more

Kodok ngorek milik Pak Presiden

Lik Mujiman leyeh-leyeh sejenak setelah matun sawahnya yang tak begitu luas. Matun adalah salah satu kegiatan bertani yakni menyiangi/mencabut rumput yang tumbuh setelah beberapa minggu padi ditanam. Tujuan matun supaya rumput tersebut tidak mengambil nutrisi padi. Lik Mujiman tidak membuang rumput yang telah dicabutnya itu ke pematang sawah, melainkan membenamkan ke dalam lumpur sawahnya sebagai pupuk tambahan. read more

Pawuhan

Di masa kecil saya dulu perkara sampah belum menjadi isu yang merepotkan bagaimana mengelolanya. Orang zaman itu cukup sederhana dalam memperlakukan sampah rumah-tangga dan sampah yang ada di sekitar rumah seperti daun-daun kering yang gugur dari pohon yakni dengan membuat pawuhan di halaman atau kebun belakang rumah.

Pawuhan (pa-wuh-an) adalah galian/lubang tanah yang dimanfaatkan sebagai tempat sampah, ukurannya macam-macam misalnya 1 X 1 X 1 m3. Zaman itu belum banyak sampah plastik, sehingga pawuhan sangat efektif sebagai tempat sampah. Jika pawuhan sudah penuh, maka ditutup dengan tanah dan akan membuat pawuhan di tempat lain. Setelah beberapa lama bekas pawuhan tersebut kadang dimanfaatkan untuk media tanam pohon buah-buahan.  read more