Bara dalam sekam Jayabaya kepada Mpu Sedah

Mpu Sedah adalah brahmana yang tenar dan namanya harum di kalangan Kerajaan Jenggala. Pada usia dua puluh tiga tahun, Mpu Sedah bermaksud melamar gadis pujaan hatinya, Dyah Ayu Prabarini yang berumur tujuh belas tahun. Mpu Sedah masih keturunan Mpu Baradah yang pada masanya diminta oleh Prabu Airlangga membelah kerajaan menjadi dua bagian, yakni Jenggala dan Panjalu.

Syahdan, Prabu Jayadarma yang saat itu bertahta di Panjalu gerah dengan ketenaran Mpu Sedah. Ia ingin menjatuhkan martabat Mpu Sedah dengan menculik Prabarini, calon istri Mpu Sedah. Setelah berhasil menculik Prabarini, ia menjodohkan dengan cucunya, yakni Jayabaya. Rupanya, Mpu Sedah berbesar hati, ia tak melakukan perbuatan yang bisa mencemarkan status brahmana yang disandangnya. read more

Es puter Pak Gombil

Setiap kali melihat orang jualan es puter keliling, saya selalu teringat Pak Gombil. Siapa itu Pak Gombil?

Ini kenangan waktu saya masih SD dulu. Saya bertetangga dengannya. Pak Gombil dan teman-temannya yang asli Wonogiri menyewa sebuah rumah, sebagai tempat memproduksi es puter. Saya dan teman sepermainan sering berkunjung ke rumah Pak Gombil untuk melihat bagaimana es puter tersebut dibuat.

Pagi-pagi sekali, ia dan teman-temannya sudah duduk manis di depan “mesin” es puter miliknya: sebuah tong yang terbuat dari kayu, di tengahnya dimasukkan sebuah tabung aluminium yang di dalamnya telah berisi adonan es puter yang masih cair. Kemudian pada ruang yang kosong (di dalam tong tersebut) diisi dengan bongkahan es batu kemudian ditaburi garam kasar. Dengan kesabaran ekstra-tinggi, tabung aluminium tersebut diputar pelan-pelan sampai adonan di dalamnya membeku dan siap disajikan/dinikmati. read more

Nyaris ketinggalan pesawat

Hari ini saya menjemput bapak dan ibu yang tengah berada di bilangan Gunung Batu Bogor. Semalam dengan membuka peta yang disediakan oleh Kyai Gugel, saya memperhitungkan waktu tempuh: Karawang – Bogor – Bandara Halim (HLP). Tiket pesawat ke SOC saya dapatkan 24 jam sebelum jadwal keberangkatan.

Saya berangkat dari rumah jam 10.00 dengan perkiraan sampai di Bogor jam 12.00 WIB. Sebelumnya ngedrop Lila dulu ke sekolahnya karena ia ada kegiatan di sana. Perkiraan saya tidak ada kemacetan di hari Minggu tidak sepenuhnya benar, di JORR pada titik tertentu mobil tidak bisa ‘ngebut’ secara maksimal.

Olala, lama tidak pernah ke Bogor membuat saya agak kagok melewati ruas jalannya. Perjalanan tersendat ketika sampai di sekitar Stasiun Bogor. Jalanan dipenuhi oleh angkot yang ngetem tidak beraturan. Sampai di tempat bapak dan ibu menginap hampir mendekati jam 1 siang.  read more