Bara dalam sekam Jayabaya kepada Mpu Sedah

Mpu Sedah adalah brahmana yang tenar dan namanya harum di kalangan Kerajaan Jenggala. Pada usia dua puluh tiga tahun, Mpu Sedah bermaksud melamar gadis pujaan hatinya, Dyah Ayu Prabarini yang berumur tujuh belas tahun. Mpu Sedah masih keturunan Mpu Baradah yang pada masanya diminta oleh Prabu Airlangga membelah kerajaan menjadi dua bagian, yakni Jenggala dan Panjalu.

Syahdan, Prabu Jayadarma yang saat itu bertahta di Panjalu gerah dengan ketenaran Mpu Sedah. Ia ingin menjatuhkan martabat Mpu Sedah dengan menculik Prabarini, calon istri Mpu Sedah. Setelah berhasil menculik Prabarini, ia menjodohkan dengan cucunya, yakni Jayabaya. Rupanya, Mpu Sedah berbesar hati, ia tak melakukan perbuatan yang bisa mencemarkan status brahmana yang disandangnya.

Pada waktu tahta beralih kepada Prabu Gendrayana (anak Jayadarma), Panjalu menyerang Jenggala. Pada penyerangan pertama Jenggala menang, namun pada kali kedua Jenggala takluk. Setelah Gendrayana mangkat, tahta diwariskan kepada Jayabaya. Nama Jenggala makin pudar, tetapi tidak dengan Mpu Sedah. Belakangan, nama Panjalu dikenal dengan nama Kerajaan Kadiri.

Bara dendam kepada Mpu Sedah awet betul bersemayam di hati Prabu Jayabaya. Diam-diam ia merencanakan siasat licik, untuk menyingkirkan Mpu Sedah dari bumi Kadiri. Mpu Sedah dipanggil oleh Prabu Jayabaya untuk diberi tugas khusus yakni menggubah Kakawin Mahabharata dari bahasa asli ke dalam bahasa Jawa (kuno).

Sebagai brahmana sekaligus sastrawan yang mumpuni mudah bagi Mpu Sedah mengerjakan tugas tersebut. Namun, ketika proses penulisan kisah Mahabharata sampai pada mendiskripsikan kecantikan Dewi Setyawati (permaisuri Prabu Salya) secara sempurna, ia mengalami kesulitan. Maka, ia menghadap Prabu Jayabaya untuk dapat diizinkan didampingi oleh Dyah Ayu Prabarini selama menulis kisah Dewi Setyawati dengan Prabu Salya.

Pucuk dicita ulam pun tiba. Mpu Sedah telah masuk perangkap Jayabaya. Selama proses penulisan kisah Dewi Setyawati dengan Prabu Salya – dengan didampingi oleh Prabarini yang sangat dicintainya itu – Mpu Sedah tiada mengalami kesulitan. Tak pernah sekali pun Mpu Sedah menyentuh Prabarini. Tetapi berbeda dengan skenario yang disusun oleh Prabu Jayabaya bahwa Mpu Sedah dituduh melakukan senggama dengan permaisuri.

Maka, Mpu Sedah dijatuhi hukuman mati. Kakawin Mahabharata baru diselesaikannya sampai di kisah Prabu Salya yang akan maju ke medan perang. Kelak, kakawin tersebut dilanjutkan oleh Mpu Panuluh. Rasa bahasa kedua mpu ini sangat berbeda, apalagi kemampuan Mpu Panuluh di bidang sastra masih di bawah Mpu Sedah.