Matahari yang jaraknya cuma sejengkal di atas kepalaku sungguh membuatku semakin payah saja. Keringat seperti diperas dari tubuhku. Bahkan untuk membasahi kerongkongan dengan air ludah pun tiada bersisa. Orang menyemut, gelisah dengan perasaannya sendiri-sendiri.
Aneh, dari sekian banyak manusia tiada satu pun yang aku kenal. Semua orang asing. Mereka sibuk dengan urusannya masing-masing. Aku sendiri berlari ke sana ke mari mencari tempat yang mungkin bisa untuk berteduh. Ah, tapi manalah mungkin. Terik matahari siap membakar apa saja.
Nun di sana, aku menyaksikan antrian manusia yang wajah-wajahnya tiada tergambar kegelisahan. Mereka seperti tidak terpengaruh oleh panasnya matahari kini berada di atas ubun-ubun. Semakin kupercepat langkahku untuk mendekati mereka. Wahai, aku ingin sekali berkumpul dengan mereka. read more