Untuk kesekian kalinya saya melakukan shalat dan tawaf di Masjidil Haram, sehingga hapal dengan perilaku jamaah dari negara lain. Orang Indonesia termasuk santun dalam melaksanakan ibadah. Contohnya begini, ketika azan dikumandangkan masjid dengan sangat cepat segera penuh. Ada sedikit sela di antara dua orang yang sedang duduk, maka tak segan-segan orang akan masuk ke sana dan melakukan shalat sunah tanpa menghiraukan kanan kirinya. Kalau orang Indonesia yang menyela tempat duduk, akan memberikan isyarat dengan bahasa tubuh yang santun dengan mengucapkan kata “permisi”.
Di sana kita tidak perlu tersinggung ketika kepala kita digunakan untuk pegangan orang yang mencari shaf yang sedikit kosong. Pertama kali dipegang, saya merasa risih juga: sialan, kepala gue dipegang-pegang. Akhirnya, ya biasa saja. Memang begitu perilaku orang-orang dari negara lain.
Nah, kalau kebetulan kita akan lewat tapi terhalang oleh kerumunan jamaah lain, ucapan saja: “hajj..hajj…” Itu artinya kita minta numpang lewat. Atau kalau kerumunannya jamaah wanita, ucapkan: “hajjah…hajjah…“ Atau bisa juga kita mendesis: “Swwisss….swwiiissss…sswwiissss….” mereka akan menyingkir dan memberi jalan.
Oh ya, misalnya juga kita minta tolong untuk diambilkan air zamzam kebetulan di lokasi itu sedang penuh, ucapkan saja: “hajj..hajj..” sambil menunjuk air zamzam.
Untuk minta tolong jamaah lain untuk mengambilkan Al-Qur’an atau mengembalikan ke tempatnya, ucapkan saja: “hajj..hajj…” Kata “hajj” memang ajaib he…he…
Satu kata lain yang sering terdengar ketika jalan keluar masuk masjid penuh sesak dan tidak segera bergerak, ucapkan: “thariq…thariq..” Tunggulah sebentar, kerumunan tersebut pelan-pelan akan bergerak maju.