Tentang tarawih

Target ramadhan tahun ini saya ingin memperbaiki shalat tarawih saya. Jika tahun-tahun sebelumnya, saya akan keluar dari shaf shalat ketika delapan rakaat pertama diselesaikan, kemudian saya sambung dengan shalat witir di rumah. Sementara itu, imam di masjid melanjutkan shalat hingga rakaat kedua puluh tiga.

Rumah saya yang sekarang jarak dari masjid hanya sepelemparan sendal saja. Masjidnya cukup megah, jamaahnya selalu banyak pada shalat-shalat wajib lima waktu. Maklum, letaknya sangat strategis di pintu masuk utama perumahan sehingga banyak musafir yang mampir shalat di sana.

Pada saat shalat maghrib, isya dan subuh berasa shalat di Masjid Nabawi atau Masjidil Haram. Surat yang dibaca oleh imam panjang nian. Memang, para imam masjid ini pada hafidz Quran. Ruangan masjid yang ber-AC memberikan efek nyaman, meskipun berlama-lama shalat. read more

Doa yang terkabul sepulang umroh

Saya sangat meyakini jika kita bersungguh-sungguh berdoa di depan Ka’bah, Tuhan akan segera merealisasikan doa tersebut. Beberapa kali saya mendengar petuah pembimbing ibadah haji/umroh, saat kita berada di depan Ka’bah jangan memohon kepada Tuhan permintaan yang biasa-biasa saja atau yang tanggung-tanggung, secara jujur dan terbuka curhatlah kepada-Nya. Seringnya, Ia akan mengabulkan doa secara kontan.

(1)

Bulan lalu, teman saya yang satu ini datang menemui saya sembari membawa oleh-oleh khas Tanah Haram, sekaligus berpamitan karena minggu depannya ia dimutasi ke posisi yang baru pada sebuah perusahaan yang masih bernaung dalam satu group.

Surat Keputusan yang ia terima serasa mendadak, sebab hanya jeda seminggu ia mesti pindah ke pekerjaan barunya. Kepada saya ia setengah curhat, kalau lokasi kantor barunya sangat jauh dari tempat tinggalnya.

“Kamu ingat nggak, kemarin memohon doa apa di depan Ka’bah?” pancing saya.  read more

Konsep mereka tentang rejeki

Pada suatu diskusi terbatas, saya minta 3 orang teman untuk menuliskan pendapat mereka tentang konsep rejeki yang telah diatur oleh Tuhan. O iya, namanya juga pendapat bebas, jadi jangan dinilai salah atau benar.

Orang kesatu:

Pembagian rejeki itu mirip berlangganan air pam, aliran rejeki diatur dengan jaringan pipa dan kran-kran. Hanya saja, Tuhan sudah mengatur kapasitas/volume rejeki masing-masing orang yang akan disalurkan melalui pipa-pipa tersebut. Manusia bebas membuka kran rejekinya itu, mau dibuka terus-terusan atau dibuka setiap kali sedang membutuhkan. Masing-masing mempunyai konsekuensi, misal kalau kran dibuka terus maka rejeki akan ngocor deras tetapi cepat habisnya. Berbeda jika ia membuka kran hanya pada saat membutuhkan rejeki. Dua pilihan cara membuka kran rejeki yang telah diberikan oleh Tuhan, silakan mana yang akan digunakan. read more