Doa yang terkabul sepulang umroh

Saya sangat meyakini jika kita bersungguh-sungguh berdoa di depan Ka’bah, Tuhan akan segera merealisasikan doa tersebut. Beberapa kali saya mendengar petuah pembimbing ibadah haji/umroh, saat kita berada di depan Ka’bah jangan memohon kepada Tuhan permintaan yang biasa-biasa saja atau yang tanggung-tanggung, secara jujur dan terbuka curhatlah kepada-Nya. Seringnya, Ia akan mengabulkan doa secara kontan.

(1)

Bulan lalu, teman saya yang satu ini datang menemui saya sembari membawa oleh-oleh khas Tanah Haram, sekaligus berpamitan karena minggu depannya ia dimutasi ke posisi yang baru pada sebuah perusahaan yang masih bernaung dalam satu group.

Surat Keputusan yang ia terima serasa mendadak, sebab hanya jeda seminggu ia mesti pindah ke pekerjaan barunya. Kepada saya ia setengah curhat, kalau lokasi kantor barunya sangat jauh dari tempat tinggalnya.

“Kamu ingat nggak, kemarin memohon doa apa di depan Ka’bah?” pancing saya. 

“Banyak sih,” jawabnya.

“Doa yang spesifik apa? Minta yang terbaik di bidang pekerjaan barangkali?” tanya saya lagi.

“Ya, betul!” katanya berbinar.

“Tuhan telah mengabulkan doamu melalui SK pindah ke posisi yang lebih tinggi meski di perusahaan lain. Jangan dibikin sedih. Tuhan pasti memberikan yang terbaik, meskipun kita masih terkaget-kaget dan belum bisa menerima keputusan tersebut,” saya memberikan pandangan.

(2)

Pada akhir Desember tahun lalu, kawan saya – ia menjabat sebagai Kades, menjalankan ibadah umroh. Doa besar yang ia bawa adalah ia ingin menjadi Kades lagi di mana Pilkades akan dilaksanakan akhir Februari 2015. Saat ia berangkat umroh, statusnya cuti sebagai Kades. Memang demikian yang disyaratkan jika petahana ingin maju lagi sebagai Kades.

H+1 Pilkades saya sudah mendapatkan kabar kalau ia kalah belasan suara dibandingkan calon lain. Terus terang saja, saat itu saya “nggak berani” menelponnya untuk mengkonfirmasi perolehan suara. Mungkin ia masih terkejut dan belum legawa menerima hasil Pilkades.

Hari Jumat kemarin ia mengajak saya bertemu dengannya. Tanpa saya tanya detil, ia menceritakan prosesi pemungutan suara hingga selisih belasan orang saja. Setelah melalui pengendapan batin, ia telah legawa. Tugasnya saat ini menenangkan para pendukungnya.

“Mungkin Tuhan sedang memberikan jalan yang jauh lebih baik, daripada saya menjadi Kades lagi, pak,” ujarnya.

“Pak Lurah ingat-ingat saja doa yang dimohonkan di umroh kemarin, mungkin doa itu yang terjawab,” hibur saya.

Meskipun tak menjadi Kades lagi, ia berjanji tetap mengabdikan diri untuk masyarakat. Beberapa konsep telah ia susun dan minta saya membantunya mewujudkan keinginannya.